Jakarta (ANTARA News) - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengumumkan bahwa pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 200, rute Jakarta-Yogyakarta, saat mendarat di Bandara Adi Sucipto dalam kecepatan cukup tinggi. Selain itu, kata Ketua KNKT Tatang Kurniadi kepada pers, di Jakarta, Rabu, sudut kemiringan pesawat terhadap landasan pacu terlihat cukup curam dan diketahui sikap pesawat tidak stabil (oleng). Demikian penegasan, Tatang saat menyampaikan preliminary report investigasi dan penelitian kecelakaan Garuda Indonesia dengan nomor register PK-GZC di Bandara Adi Sucipto, Yoyakarta, 7 Maret 2007. Namun Tatang, secara umum mengatakan, sebelum laporan final dibuat sekitar dua hingga tiga bulan ke depan, maka penyebab kecelakaan yang menyebabkan 21 orang tewas tersebut belum bisa disampaikan. Investigator in-charge, pada kecelakaan GA-200 itu, Mardjono mengakui, pihaknya belum bisa menyebut berapa kecepatan sebenarnya, saat pesawat itu mendarat. "Iya, pesawat memang `over speed` (terlalu cepat), hanya saja, berapa kecepatan sebenarnya masih harus divalidasi. Apakah itu 230, 240 knot dan lain-lain masih harus divalidasi," kata Mardjono. Padahal, tegasnya, pesawat dengan berat pesawat seperti itu, sekitar 130 knot dengan posisi flap (bagian dari sayap pesawat yang fungsinya mengatur daya angkat pesawat) 40 degree (derajat). Akibatnya, kata Tatang, saat mendarat di landasan pacu nomor 9, posisinya sekitar 650 meter dari ujung landasan pacu atau `over shoot`. Setelah menyentuh landasan, pesawat mengalami "bounching" dua kali dan ketiga menyentuh landasan untuk ketiga kalinya, pesawat ada di sekitar exit Delta. "Roda pendarat depan patah yang mengakibatkan pesawat meluncur dengan batang roda pendarat (shock strut). Hal tersebut menyebabkan terjadinya gesekan logam dengan landasan yang menimbulkan percikan api di sepanjang sisa landasan pacu," kata Tatang. Pesawat selanjutnya, menabrak tanggul pemisah jalan raya lingkar bandara yang terletak kurang lebih 115 meter dari ujung landasan pacu 09 dan menyebabkan kedua roda pendarat utama dan kedua mesin terlepas. Letak atau posisi berhentinya pesawat kurang lebih 130 meter dari jalan atau 165 meter dari ujung lapangan rumput dan karena itu, petugas pemadam kebakaran tidak dapat langsung menyemprotkan air atau foam ke sumber api.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007