Jakarta (ANTARA News) - Indonesia masih tergolong baru dan belum banyak berkiprah dalam percaturan industri animasi sekalipun embrio berkembangnya industri animasi sudah ada, kata Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Dodi Nandika. "Dengan aliansi dan sinergi berbagai pihak, industri animasi diharapkan lebih berkembang. Lebih dari itu, industri animasi diyakini mampu menopang citra dan daya saing bangsa," kata Dodi Nandika saat membuka Festival Animasi Nasional (FAN) 2007 di Jakarta, Kamis. FAN 2007 yang diselenggarakan secara serentak di lima kota, yakni Bandung, Kudus, Malang, Yogyakarta dan Denpasar dibuka secara simbolis melalui teleconference dari ruang Gerai Informasi Depdiknas Senayan Jakarta. Dodi Nandika mengatakan, animasi seyogyanya menjadi industri besar. Untuk mewujudkannya tidak ada cara lain selain dengan memperkuat sinergi antara pendidikan dengan industri, para pecinta animasi, dan membuka jaringan ke komunitas global. "Animasi tidak sekedar seni, hobi, tapi terbukti animasi membawa dampak sosial luar biasa," katanya dalam acara yang juga dihadiri wakil penyelenggara dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Universitas Negeri (UN) Malang, dan Universitas Sunan Muria Kudus, Jawa Tengah. Kegiatan festival diselenggarakan atas kerjasama Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Debudpar), serta Asosiasi Industri Animasi dan Konten Indonesia (AINAKI). Festival akan dirangkai dengan kegiatan workshop pada 13-15 April di Bandung, 20-22 April di Kudus, 27-29 April di Malang, 2-6 Mei di DIY, dan 11-13 Mei di Denpasar. Peserta festival adalah para pelajar sekolah menengah kejuruan (SMK) dan mahasiswa jurusan desain komunikasi visual dari sekolah tinggi dan universitas di masing-masing wilayah. Ketua Umum AINAKI, Denny A. Djoenaid, menyatakan bahwa animasi bukanlah pekerjaan yang bisa ditangani satu persatu, tetapi dalam tim, bahkan dikerjakan antar negara. "Untuk sebuah produksi animasi seperti Dora Emon paling tidak butuh waktu satu bulan, sementara penayangannya diharuskan satu minggu satu kali. Oleh karena itu, harus dikerjakan secara massal dengan kemampuan animasi yang setara," katanya. Saat ini, lanjut Denny, masalah yang dihadapi para produsen film animasi di negara maju adalah keterbatasan animator dan tenaga kerja yang siap berproduksi. Sebenarnya, menurut dia, calon animator Indonesia sangat banyak dan berbakat. Hanya saja, industri animasi nasional dan internasional mementingkan kualitas. "Seorang animator harus betul-betul belajar, bukan hanya bisa menggambar, tapi betul-betul memahami peranimasian, kalau tidak kita selalu akan kalah," ujarnya. Menurut Denny, animator bukan hanya tukang gambar, pada dasarnya animator adalah seorang aktor. "Seorang animator mengungkapkan ide atau gambar melalui pensil, sehingga yang dilihat itu adalah akting, bukan gambar," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007