Kadang yang satu punya gas, tapi enggak punya pipa. Atau punya pipa, tapi enggak punya gas. Jadi satu saja."
Jakarta (ANTARA News) - Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan merger dua badan usaha milik negara (BUMN) sektor gas, yakni PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk dan PT Pertamina Gas (Pertagas) akan mampu menekan harga gas untuk industri.

Sinergi dua perusahaan itu akan terus didorong demi memenuhi permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi), ujar Luhut yang ditemui di Kementerian ESDM Jakarta, Rabu.

Presiden Jokowi dalam rapat terbatas, Selasa (4/10), mengarahkan bahwa harga gas untuk industri diharapkan bisa turun di bawah 6 dolar Amerika Serikat (AS) Juta British Thermal Unit (MMBTU) dalam dua bulan. Gas alam cair (Liquefied natural gas/LNG) dihitung berdasarkan nilai panas atau energi-nya, hal tersebut dituliskan dengan satuan British Thermal Unit (BTU). (Baca juga: Pemerintah targetkan harga gas industri 6 dolar)

"Harga gas tadi kami sedang bicarakan. Sekarang kan banyak layer-layer (rantai pasokan) gas sampai ke hilirnya. Kami mau coba sederhanakan. PGN dan Pertagas dimerger, jadi satu saja," katanya, terkait rantai pasokan (layer) dalam bisnis gas.

Menurut Luhut, sinergi dua BUMN itu diperlukan agar bisa saling melengkapi bisnis gas yang efisien.

"Kadang yang satu punya gas, tapi enggak punya pipa. Atau punya pipa, tapi enggak punya gas. Jadi satu saja," katanya.

Ia juga menekankan tingginya harga gas di hulu, sehingga diharapkan harga gas di sumur bisa di bawah 6 dolar AS per MMBTU.

Oleh karena itu, menurut dia, harga gas di hilir dapat ditekan sesuai keinginan Presiden Jokowi.

"Kami berharap harga gas di well head kalau bisa di bawah 6 dolar AS per MMBTU," pungkasnya.

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016