Makassar (ANTARA News) - Pemerintah Australia dalam kurun waktu 2006 sampai 2009 akan mengucurkan bantuan sekitar Rp2,5 triliun untuk membangun 2.000 gedung SD dan SMP di seluruh Indonesia. Khusus untuk Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat akan mendapatkan bantuan untuk 55 unit selama kurun waktu 2006-2007. Duta Besar Australia untuk Indonesia, Bill Farmer, mengemukakan hal itu di sela-sela peresmian gedung baru SMP Negeri 2 Manuju, Kabupaten Gowa, Sulsel, Jumat, yang merupakan bagian dari program Kemitraan Australia-Indonesia tersebut. Dari 55 unit sekolah di Sulsel dan Sulbar yang akan dibantu Australia, 35 unit di antaranya adalah gedung baru dan 20 lainnya sekolah satu atap yang terdiri atas SD dan SMP. Sekolah-sekolah itu tersebar di Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Majene, Luwu Timur, Luwu Utara, Polewali Mamasa dan Mamuju. Farmer berharap, dari 2000 unit sekolah di Indonesia yang akan mendapat bantuan Australia itu, sekitar 1.225 unit dapat terealisasi pada akhir 2007. "Program pembangunan sekolah ini akan menciptakan ruang belajar untuk 330.000 anak usia 13 - 15 tahun, khususnya yang berasal dari keluarga miskin dan daerah terpencil," jelas Farmer. Sementara itu, Bupati Gowa, Ichsan Yasin Limpo, menuturkan gedung SMP 2 Manuju yang baru diresmikan itu merupakan sekolah terbaik dan menempati urutan kedua di Indonesia saat ini. Kehadiran sekolah ini akan semakin mempermudah masyarakat untuk menyekolahkan anaknya mengingat jarak tempuh antara rumah warga dengan sekolah ini tidak terlalu jauh bila dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain yang jaraknya hingga mencapai 10 km dari rumah warga. Ichsan juga berharap agar kehadiran sekolah yang menelan dana sekitar Rp1,28 miliar ini akan membuka kesempatan kepada anak putus sekolah untuk kembali ke bangku sekolah. Pemkab Gowa, kata Ichsan, masih membutuhkan sekitar dua unit sekolah lagi pada 2007 untuk mengurangi jumlah anak putus sekolah. Sekitar 7.256 anak SD di Kabupaten Gowa saat ini tidak dapat melanjutkan pendidikannya karena keterbatasan jumlah unit SMP, tambahnya. "Pertumbuhan pendidikan di daerah ini sangat lamban karena keterbatasan sarana dan prasarana serta fasilitas sekolah. Tahun 2000, ada sekitar 10.000 lebih lulusan SD yang tidak tertampung di SMP tetapi kami menyiasatinya dengan membuka ruang kelas di sekolah-sekolah yang sudah ada," jelas Ichsan. (*)

Copyright © ANTARA 2007