Jakarta (ANTARA News) - Praktisi kebugaran yang pernah menjadi atlet binaraga Indonesia, Ade Rai, meminta Pengurus Besar Persatuan Angkat Berat, Binaraga, Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABBSI) memberantas penggunaan doping olah para atlet binaraga di berbagai kejuaraan nasional.

Menurut dia, kebijakan untuk "menghabisi" praktik doping di berbagai kejuaraan penting karena berdasarkan pengamatannya sebagai orang yang sudah lebih dari 20 tahun berkecimpung di dunia binaraga, cukup banyak atlet olah tubuh yang memanfaatkan doping untuk membentuk ototnya.

"Biasanya mereka memakai anabolic steroid selain juga growth hormone. Tindakan itu harus ditertibkan dengan cara melakukan uji doping berstandar badan antidoping dunia (WADA) untuk semua atlet binaraga yang ikut dalam kejuaraan nasional di bawah PABBSI," ujar Ade Rai di Jakarta, Selasa.

Pria bernama asli I Gusti Agung Kusuma Yudha Rai itu melanjutkan, penggunaan doping dalam olahraga binaraga sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian. Selain itu, doping juga mencederai jiwa sportivitas dan menghilangkan kesempatan berkompetisi para atlet binaraga yang memang membentuk badannya secara alamiah.

Sayangnya, Ade melanjutkan, doping dalam dunia binaraga dianggap hal "lumrah" karena belum ada peraturan yang ketat untuk itu. Bahkan, dia berani mengatakan lebih dari 50 persen atlet binaraga Indonesia menggunakan doping.

"Saya yakin 100 persen akan hal itu. Masalahnya adalah, mereka peraturan tentang doping sangat longgar, bukan cuma untuk kejuaraan nasional tetapi juga kejuaraan internasional. Ada anggapan penyelenggara lomba bahwa jika aturan uji doping diperketat, tidak akan banyak peserta yang ikut dan ujungnya industri bisa kolaps," tutur Mr. Asia tahun 1995 dan 1998 itu.

Dia juga menyesalkan apa yang terjadi di Pra-PON dan PON XIX di Jawa Barat, di mana atlet binaraga hanya dilakukan tes doping acak dan tidak menyeluruh.

"Semestinya seluruh atlet termasuk yang juara pertama, kedua dan ketiga, semua dites. Ini sering kali tidak dilakukan karena alasan biaya," katanya.

Ade Rai pun berharap besar pada PABBSI di bawah kepemimpinan Rosan P. Roeslani. Jika ingin menghancurkan praktik doping di binaraga, Ade Rai mengusulkan agar PABBSI mengadakan pertemuan atau sarasehan dengan para pelaku dan pengurus olahraga binaraga dari seluruh Indonesia.

Pertemuan tersebut harus dapat memperkuat organisasi binaraga dan menghasilkan kesepakatan tentang pengetatan uji doping dalam setiap kejuaraan binaraga di Indonesia. Dengan semakin solidnya kepengurusan binaraga nasional, diharapkan jumlah penggunaan doping dapat ditekan. Dalam hal doping, Ade Rai meminta kebijakan atas doping diterapkan sama dengan di angkat besi.

"Apa yang sudah dilakukan di angkat besi sudah benar, karena memang itu adalah cabang olahraga yang dipertandingkan di Olimpiade, jadi tidak bisa main-main. Seharusnya binaraga bisa seperti itu, karena kita semua ingin kompetisi yang jujur dan diisi oleh peserta yang telah bekerja keras. PABBSI harus bisa mengubah perilaku praktisi binaraga di seluruh Indonesia," kata pemenang Musclemania World tahun 1996 itu.

Ade Rai juga mendesak Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) memperhatikan doping di binaraga ini. Pria berusia 46 tahun tersebut tidak ingin pemerintah mendukung atlet binaraga karena berprestasi, tetapi ternyata adalah pengguna doping.

"Jangan membela atlet yang melakukan doping," ujar dia.

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2016