Putussibau (ANTARA News) - Alumni Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), Dini Ardianto, menegaskan bahwa kematian Alian B. Jerani, Madya Praja angkatan III pada tahun 1993, bukan lantaran aksi kekerasan dari seniornya di STPDN, kini Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). "Alian jatuh dari lantai atas barak Lampung saat sedang menyiram bunga yang ada di teras atas," kata Dini, di Putussibau, Kalimantan Barat, Senin. Ia mengemukakan hal tersebut guna membantah adanya sinyalemen, termasuk dari Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN, Inu Kencana, yang menyatakan bahwa Alian merupakan salah seorang korban yang meninggal akibat kekerasan di kampus tersebut. Dini mengemukakan, saat kejadian sekitar pukul 16.30 wib, setelah Alian keluar dari baraknya sambil membawa ember berisi air dengan maksud akan menyiram bunga di teras luar barak Lampung atas. "Ketika itu saya bersama sebelas orang Madya Praja lain sedang bersantai di tangga barak Bengkulu yang letaknya persis di depan barak Lampung. Bahkan saya sendiri sempat menyapanya," kata Dini Ardianto. Dini juga melihat Alian naik ke pagar teras untuk menyiram bunga. Pada saat sedang menyiram bunga itulah Alian terpeleset dan kemudian jatuh ke lantai bawah. Saat jatuh, kepala Alian sempat dua kali terbentur, sebelum akhirnya mengenai lantai bawah. "Lantaran minimnya fasilitas kendaraan di kampus STPDN saat itu, Alian dibawa ke sebuah klinik yang jaraknya sekitar lima belas menit jika ditempuh dengan berlari. Kami membawanya secara bergantian," ujarnya. Setibanya di klinik, Alian lalu dirujuk ke Rumah Sakit Yudhistira, Bandung. Namun karena minimnya fasilitas kendaraan, Alian terlambat dibawa ke rumah sakit. "Dokter di Rumah Sakit Yudhistira menyatakan Aliyan mengalami retak tulang tenggorokan, hingga mengakibatkannya meninggal satu jam kemudian," kata Dini yang kini menjabat sebagai Kepala Sub Bagian (Kasubbag) Protokoler pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kapuas Hulu. Atas kesepakatan keluarga, Alian kemudian dimakamkan di pemakaman kampus yang terletak di pemukiman masyarakat di belakang kampus. Ini dimaksudkan agar Alian dapat dikenang oleh para praja yang bersekolah di tempat itu. "Waktu Aliyan meninggal, Praja Tingkat III yang merupakan senior diatasnya sedang melaksanakan PKL. Pada masa itu, Aliyan merupakan salah satu senior di kampus ini. Jadi, tidak benar jika dia meninggal karena dianiaya," kata Dini menegaskan. Berdasarkan data dari IPDN, Alian dilaporkan meninggal setelah terjun dari lantai II Wisma Lampung pada 8 Mei 1993. Alian merupakan satu dari 19 orang yang terpilih menjadi siswa STPDN utusan Kalbar pada 1991. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007