Canberra (ANTARA News) - Panglima TNI, Marsekal TNI Djoko Suyanto, di tiba di Canberra, Rabu siang, untuk memulai kunjungan dua harinya di Australia guna memperkokoh hubungan militer kedua negara yang semakin baik. Panglima yang didampingi Asistel Kasum TNI, Mayjen TNI Eddi Budianto dan Atase Pertahanan KBRI Canberra, Marsekal Pertama TNI Kuswantoro, dalam penerbangan dari Sydney dengan pesawat khusus Royal Australian Air Force (RAAF) tiba di Pangkalan Udara RAAF Fairbain, Canberra, sekitar Pukul 11.50 waktu setempat. Di Pangkalan Udara Fairbain, Marsekal Djoko Suyanto yang antara lain didampingi Asistel Kasum TNI disambut Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu, TM Hamzah Thayeb dan istri, Atase Militer Kolonel Cpl Sugiono, dan Atase Laut Kol. Laut (P) Eden Gunawan. Dubes Hamzah Thayeb mengatakan ia mendampingi Panglima TNI selama menghadiri serangkaian pertemuan dengan Panglima Angkatan Bersenjata Australia, Marsekal Allan Grant (Angus) Houston, dan pejabat lain di lingkungan Departemen Pertahanan, termasuk Kepala Staf Angkatan Darat Australia, Letjen P.F. Leahy dan Sekretaris Pembantu Pertama Urusan Kebijakan Luar Negeri, Stephany Foster. Sekitar pukul 16.00 waktu setempat, Panglima dan rombongan berkesempatan untuk menaruh karangan bunga di "War Memorial" sebagai penghormatan atas para pahlawan negara itu. Rabu malam, Panglima dijamu Marsekal Houston bersantap di rumah dinasnya. Atase Pertahanan KBRI Canberra, Marsma TNI Kuswantoro, sebelumnya kepada ANTARA mengatakan kehadiran Panglima TNI di Australia merupakan kunjungan balasan terhadap kunjungan Marsekal Allan Grant (Angus) Houston ke Indonesia. Ia mengemukakan kedua pihak antara lain akan membicarakan kelanjutan kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian Lombok (Frame Work Of Security Agreement antara Indonesia-Australia yang ditandatangani di Lombok tahun lalu-red.) guna memperkuat kerja sama militer kedua negara. Selama kunjungan itu, Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto juga dijadwalkan bertemu Perdana Menteri John Howard di Sydney, katanya. Menurut Marsma TNI Kuswantoro, selama ini hubungan militer kedua negara terus menguat. Kedua angkatan bersenjata terlibat dalam latihan bersama dan saling mengirimkan perwiranya untuk mengikuti sesko dan lemhanas di masing-masing negara. "Setiap tahunnya, kita mengirimkan masing-masing tiga orang untuk mengikuti sesko dan Lemhanas Australia (Defence Strategic Studies Course-red.). Selain itu, sebanyak 14 perwira TNI mendapatkan bea siswa dari Pemerintah Australia untuk melanjutkan studi magister bidang studi-studi manajemen pertahanan," katanya. Peningkatan hubungan militer Terkait dengan peningkatan hubungan militer kedua negara, Angkatan Udara Australia baru-baru ini menyerahkan bantuan suku cadang Hercules C-130E senilai Rp2,8 miliar kepada TNI AU guna meningkatkan kemampuan TNI-AU dalam operasi bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana di Tanah Air. Seperti termuat dalam informasi KBRI Canberra, disebutkan bahwa kerja sama pertahanan antara kedua angkatan bersenjata sudah dimulai sejak 1968 dengan program pemetaan di Indonesia. Selanjutnya, pada dekade 1980-an, kerja sama tersebut diwadahi dalam suatu lembaga yang disebut "Indonesia-Australia Defence Cooperation Program" (DCP). DCP ini memiliki kegiatan rutin setiap tahun berupa pertemuan yang dilaksanakan secara bergiliran di Australia dan Indonesia. Beberapa kerja sama yang telah dilakukan selama ini adalah Latihan Kartika-Kangaro (TNI-AD), Latihan Albatros (TNI AU) dan Latihan Kakadu, latihan Cassoary, Passex dan Latihan Cakrawala baru, serta pengadaan kapal patroli dan pesawat Nomad (TNI AL). Kendati kerja sama militer kedua negara sempat terganggu akibat krisis Timor Timur tahun 1999 dengan dihentikannya seluruh kegiatan DCP kecuali program pendidikan, kedua pihak berupaya kembali memperbaiki kerja sama bilateralnya, yang ditandai dengan penyelenggaraan pertemuan informal pejabat Dephan RI dan Dephan Australia tahun 2001. Selanjutnya kerja sama pertahanan kedua negara kembali membaik, seperti dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan bersama yang diselenggarakan Dephan, angkatan bersenjata dan satuan angkatan bersenjata kedua negara. Beberapa kegiatan itu adalah dialog strategis pertahanan, penelitian dan analisis bidang intelijen, seminar keamanan maritim, manajemen konsekuensi dan kontra terorisme, dan seminar tentang pasukan penjaga perdamaian. (*)

Copyright © ANTARA 2007