Bandung (ANTARA News) - Industri teh nasional masih menghadapi banyak kendala dan memerlukan solusi segera antara lain produktivitas kebun teh yang relatif rendah dan cenderung menurun. "Produktifitas kebun teh saat ini sekitar 1.900-2.000 kilogram teh kering per hektar per tahun. Angka itu masih rendah dibanding negara penghasil teh utama yang mencapai 3.000 kg teh kering per hektar per tahun," kata Ketua Umum Asosiasi Teh Indonesia (ATI), Insyaf Malik di sela-sela "Deklarasi Dewan Teh Indonesia", di Bandung, Kamis. Kendala lainnya yang menghadang, kata Insyaf, banyak mutu teh yang belum memenuhi standar internasional (ISO 3720). Selain itu peremajaan tanaman teh yang lambat dan mesin-mesin pengolahan yang kurang mengarah kebutuhan dan permintaan pasar yang berubah secara dinamis dan cepat. Untuk bisa survive, lanjut dia, diperlukan upaya khusus termasuk pemberian input faktor, rehabilitasi dan replanting. "Salah satu upaya lainnya adalah optimalisasi produktifitas kebun yang telah lama tidak mendapatkan perlakuan yang seharusnya atau pengelolaannya di bawah standar yang seharusnya," kata Insyaf Malik. Langkah peningkatan produktivitas kebun itu diperlukan untuk mempertahankan posisi Indonesia sebagai negara pengekspor teh curah urutan ke lima di dunia setelah Kenya, Srilanka, Cina dan India. Beberapa negara tujuan ekspor teh Indonesia antara lain Timur Tengah, Inggris, Rusia, Pakistan, Malaysia dan beberapa negara di Eropa lainnya. Rata-rata harga teh Indonesia saat ini sekitar 1,4 dolar AS per kg. Namun masih rendah dibanding rata-rata harga teh Kenya yang mencapai 2 dolar AS per kg atau di Srilanka sekitar 1,85 dolar AS. Sebagai akibat persaingan pasaran teh dunia yang semakin tajam dan ketat, perkembangan volume ekspor teh Indonesia mengalami penurunan dari 123.000 ton pada 1993, menjadi 88.175 ton (2003), 102.292 ton (2005), tahun lalu kembali turun jadi 90.000 ton. "Penurunan volume ekspor juga berimbas pada penurunan penguasaan pangsa ekspor teh di pasar dunia, yang saat ini hanya 6,5 persen," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007