New York (ANTARA News) - Presiden terpilih Donald Trump telah mengangkat tiga tokoh konservatif yang paling loyal kepada dia untuk memimpin tim keamanan nasional dan penegakan hukumnya. Ini adalah isyarat bahwa Trump akan menepati janjinya untuk keras melawan Islam militan dan memerangi imigrasi ilegal atau pendatang haram.

Trump telah memilih Senator Jeff Sessions sebagai jaksa agung. Session adalah pendukung utama suara anti-imigran Trump selama kampanye. Para pemimpin Republik di Senat telah memberi lampu hijau kepada Trump, sebaliknya kelompok hak sipil menentang keras Sessions.

Kedua, Trump telah memilih Letjen purnawirawan Mike Flynn, sebagai kepala penasihat keamanan nasionalnya. Flynn adalah penganjur utama Trump untuk mengambil pendekatan lebih agresif dalam perang melawan terorisme.

Ketiga, Trump telah memilih anggota DPR Mike Pompeo, sebagai direktur Badan Intelijen Pusat (CIA). Pompeo adalah pengecam utama kebijakan keamanan pemerintahan Presiden Barack Obama.

Ketiga orang ini diumumkan oleh tim transisi Trump menjelang pelantikan Trump sebagai pengganti Presiden Obama pada 20 Januari tahun depan.

Pengangkatan ketiga orang diperkirakan akan meningkatkan kecemasan internasional bahwa pemerintahan Trump memang akan melarang muslim masuk ke AS atau menerapkan pembatasan sangat ketat terhadap imigran yang berasal dari negara atau kawasan di mana aktivitas Islam militannya tinggi, seperti Irak dan Suriah.

Sessions dan Pompeo akan mulus melenggang ke jabatannya karena Senat yang didominasi Republik pasti meluluskannya, sedangkan Flynn tak membutuhkan persetujuan Senat.

Jeff Sessions

Sessions sangat menentang pemberian status kewarganegaraan untuk para pendatang haram dan pendukung berat ide tembok besar Trump di sepanjang perbatasan AS-Meksiko. Dia juga menganjurkan pengusiran pendatang haram dari AS karena dianggap biang penurunan upah para pekerja AS.

Sessions yang mantan jaksa agung negara bagian Alabama, pernah mengeluarkan pernyataan rasis yang membuat Senat menolaknya menjadi hakim federal pada 1986.

Kini Sessions akan mengepalai tim penegakkan hukum di negeri itu dan kepala Departemen Keadilan (di Indonesia disebut Kejaksaan Agung).

Mike Flynn

Flynn, salah satu penasihat terpercaya Trump, pernah dipecat dari Badan Intelijen Pertahanan pada 2014. Ada yang mengatakan dia dipecat karena menentang cara pemerintahan Obama memerangi militansi islamis yang dianggapnya terlalu lembek, tapi ada juga yang mengatakan dia dipecat karena gaya kepemimpinan dan kemampuan manajerialnya yang minim.

Veteran intelijen militer ini pernah menjadi asisten direktur intelijen nasional Presiden Obama.  Dia menganggap invasi 2003 ke Irak sebagai blunder strategis, namun dia mendukung ide Trump memperbarui teknik interogasi tahanan terorisme yang disebut waterboarding, padahal Obama mengategorikan ini sebagai penyiksaan sehingga harus dilarang.

Mike Pompeo

Anggota Komisis Intelijen DPR yang mantan perwira angkatan darat AS dan pendiri sebuah perusahaan aeronotika ini adalah pendukung ide perluasan kontraspionase di dalam negeri, termasuk memata-matai pembicaraan telepon warga AS di dalam negeri.

Dia pernah menyebut Edward Snowden yang mengungkapkan belang pemerintah AS memata-matai warga AS dan tokoh-tokoh asing, harus dihukum mati.

Trump juga telah bertemu dengan mantan Gubernur Arkansas Mike Huckabee yang menjadi salah satu calon Menteri Keamanan Dalam Negeri.  Trump juga sedang mempertimbangkan Jenderal purnawirawan David Petraeus yang mundur dari Direktur CIA pada 2012 akibat selingkuh, menjadi calon kuat Menteri Pertahanan.

Bekas calon presiden pada Pemilu 2012, Mitt Romney, juga sedang didekati Trump untuk mengisi pos Menteri Luar Negeri, padahal Romney adalah salah satu pengecam Trump yang paling vokal selama kampanye, demikian Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016