Jakarta (ANTARA News) - Cadangan devisa Indonesia per Jumat (20/4) telah mencapai 49,4 miliar dolar AS, naik dibanding dengan posisi pekan lalu yang berada pada kisaran 47,6 miliar dolar AS. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Aslim Tadjuddin, seusai shalat Jumat di Jakarta, mengatakan bahwa naiknya cadangan devisa ini sangat baik bagi makro ekonomi Indonesia. "Cadangan devisa kita sudah 49,4 miliar dolar AS, ini sangat baik bagi makro ekonomi kita," katanya. Aslim mengatakan bahwa naiknya cadangan devisa ini juga mempengaruhi nilai tukar rupiah yang stabil pada kisaran Rp9.100-Rp9.300 per dolar AS. Menyinggung pengaruh ekonomi China yang memanas (overheating), Tasli mengemukakan hal itu sudah tidak berpengaruh lagi. "Memang kemarin ada efeknya, namun saat ini sudah kembali seperti semula," jelasnya. Pada Kamis (19/4), nilai tukar mata uang di dunia mengalami tekanan karena pertumbuhan ekonomi China pada kuartal pertama yang mencapai 11,1 persen. Tingginya pertumbuhan ekonomi China ini membuat kekhawatiran akan dilakukan pengetatan kebijakan moneternya, sehingga menekan pasar uang di negara lain. Aslim menegaskan bahwa rupiah saat ini sudah kembali stabil dan cenderung menguat. Namun dia membantah BI telah melakukan intervensi rupiah. "Siapa bilang menahan rupiah, BI hanya berkepentingan menjaga volatilitas," tegasnya. Menurut Aslim, BI akan menjaga rupiah agar tetap stabil dan dapat diterima baik oleh eksportir maupun importir. (*)

Copyright © ANTARA 2007