Bandung (ANTARA News) - Setelah menjalani pemeriksaan sebagai saksi dalam kasus penyuntikan cairan formalin ke jazad Madya Praja IPDN Cliff Muntu, selama hampir tujuh jam di Mapolda Jabar, salah seorang dokter jaga RS Al Islam Bandung, dr Benny Benardi membantah bahwa pihak RS Al Islam yang melakukan hal tersebut. "Dalam pemeriksaan yang dilakukan penyidik Satgas II selama hampir tujuh jam, saya hanya mengatakan dan saya hanya menegaskan bahwa RS Al Islam Bandung tidak pernah menyediakan formalin. Terus saya sendiri secara pribadi tidak pernah menyarankan, menginstruksikan atau melakukan pemberian formalin kepada jazad Cliff Muntu," katanya kepada pers usai menjalani pemeriksaan di Mapolda Jabar di Bandung, Jumat petang. Ditanya wartawan mengenai keberadaan formalin dari mana, benyy mengatakan, itu kewenangan penyidik yang menelusurinya dari mana dan siapa yang melakukannya. "Saya hari ini diperiksa dengan hanya sedikit pertanyaan, yakni 22 pertanyaan. Kalau sebelumnya saya diperiksa dengan 47 pertanyaan, tapi masih seputar formalin, sedangkan mengenai dokumen pengiriman atau surat pengantar jenazah, saya tidak pernah mengeluarkan dokumen tersebut, termasuk juga tidak menyuruh menyuntikan cairan formalin," paparnya. Dikatakannya, baik secara pribadi maupun lembaga, pihaknya hanya mengeluarkan surat keterangan kematian pada Selasa (3/4) dini hari, itu pun karena ada permintaan dan desakan dari pihak IPDN, bahwa jenazah akan segera dibawa ke Manado. "Surat kematian itu memang dikeluarkan RS AI untuk syarat membawa jenazah ke Manado, karena surat kematian sebagai syarat untuk kargo dan dokumen perjalanan," ujarnya. Mengenai perbedaan materi 22 pertanyaan yang diajukan penyidik dibandingkan dengan 47 pertanyaan sebelumnya, dia mengatakan, seluruhnya hampir sama, yakni seputar penanganan jenazah dan formalin. "Hanya saja pertanyaan hari ini lebih kepada penegasan saja, apa yang kurang, kalau dulu saya ingatnya hanya ciri-ciri saja, sedangkan setelah nonton televisi dan membaca koran, ternyata saya jadi tahu nama orang-orangnya yang ada di sekeliling saya waktu kejadian tersebut," paparnya. Dintanya wartawan soal TKP penyuntikan cairan formalin, dia mengaku, tidak tahu dan itu merupakan kewenangan penyidik yang lebih tahu untuk mengungkapnya. "Sampai berakhirnya tugas piket saya waktu itu, sampai sekarang saya masih tidak tahu siapa yang nyuntik cairan formalin dan dimana proses penyuntikan itu berlangsung," akunya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007