Yangon (ANTARA News) - Polisi Myanmar, Minggu, menahan tujuh demonstran terhadap kesulitan ekonomi di negara yang diperintah junta militer itu, dan dua bulan setelah satu unjuk rasa serupa yang memicu kemarahan militer. Paling tidak 10 orang berkumpul di satu pasar kecil mengibarkan spanduk menuntut listrik menyala 24 jam dan harga komoditi murah, melanggar saru larangan junta bagi pertemuan-pertemuan publik. Polisi membubarkan unjukrasa itu dan menahan tujuh orang termasuk pemimpin protes Htin Kyaw (44), yang sebelumnya telah ditahan setelah memimpin unjukrasa serupa 22 Februari. "Tujuh pemrotes ditahan pagi ini termasuk pemimpin protes sebelumnya Htin Kyaw. Kami tidak dapat mengatakan apakah mereka akan dikenakan tuduhan," kata seorang perwira polisi yang tidak bersedia disebutkan namanya kepada AFP. Protes Februari lalu adalah unjuk pembangkangan publik pertama dalam sepuluh tahun terhadap rejim militer yang menguasai Myanmar, dulunya bernam Burma, sejak tahun 1962. Sekitar 20 pemrotes ditahan dan kemudian dibebaskan. Win Naing, seorang politisi independen, mengatakan dua dari mereka yang ditahan hari Minggu itu telah ditahan oleh junta setelah protes lalu. "Kami tidak tahu di mereka mereka ditahan. Kami tidak dapat menduga situasi mereka," kata Win Naing. Kedua protes itu menuntut kualitas kehidupan lebih baik bagi rakyat di Myanmar yang miskin itu, di mana inflasi meningkat membuat harga barang-barang kebutuhan pokok dan komoditi sangat mahal, sementara pemadaman listrik sering terjadi selama enam jam pada satu saat. Junta militer yang memerintah Myanmar telah lama khawatir ekonomi negaranya hancur, akibat selama puluhan tahun salah urus dan terkena sanksi-sanksi Barat, dapat memicu kerusuhan di perkotaan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007