Baghdad (ANTARA News) - PM Irak mengatakan Minggu bahwa ia telah meminta militer AS menghentikan pembangunan tembok yang akan memisahkan satu daerah kantong Sunni dengan Syiah yang berdekatan, setelah ada kecaman pedas dari sejumlah warga. Tembok semen di sekeliling distrik Adhamiya itu merupakan bagian dari taktik baru militer AS untuk melindungi lingkungan permukiman yang mudah meledak itu dengan rintangan, sebagai tindakan keras keamanan di ibukota yang dianggap sebagai upaya terakhir untuk menghentikan perang saudara antara mayoritas Syiah dan minoritas Arab Sunni. Bom mobil menewaskan 18 orang di Baghdad Minggu dan sejumlah pria bersenjata menembak mati 23 pekerja dari satu sekte minoritas kuno setelah menarik mereka dari sebuah bis mini di kota Mosul di Irak utara dalam tindakan yang tampaknya merupakan serangan balasan. Ketika berbicara di Kairo pada awal perjalanan ke Arab untuk mengetuk dukungan pada Irak, PM Nuri al-Maliki seorang penganut Islam Syiah, mengatakan ia berkeberatan terhadap tembok sepanjang lima Km, yang warga katakan akan mengucilkan mereka dari masyarakat lainnya dan memperuncing ketegangan sektarian itu. "Saya telah minta kemarin agar pembangunan itu dihentikan dan bahwa alternatif akan ditemukan untuk melindungi daerah tersebut," kata Mailiki dalam komentar pertamanya di hadapan umum mengenai masalah tersebut. Beberapa warga Adhamiya telah membandingkan tembok itu dengan rintangan yang didirikan oleh Israel di Tepi Barat yang diduduki. Militer AS Minggu berusaha untuk mengurangi tanda perselisihan antara Maliki dan komandan Amerika di balik rencana Baghdad itu, dan mengatakan akan berkoordinasi dengan pemerintah dan komandan Irak mengenai bagaimana terbaiknya untuk menentukan langkah keamanan. "Pemerintah Irak dan MNF-I (Pasukan Multinasional-Irak) benar-benar sepakat bahwa kita perlu melindungi rakyat Irak. Bagaimana hal itu dilakukan akan selalu dibicarakan dan kami akan meneruskan pembicaraan itu," kata militer dalam satu pernyataan. Di antara serangan Minggu di Baghdad, dua pembom mobil bunuh diri telah membenturkan kendaraan mereka ke sebuah pos polisi di satu lingkungan yang sebagian besar warganya Syiah, yang menewaskan 12 orang dan melukai 95 orang yang lain, kata polisi. Serangan itu merupakan salah satu pemboman bunuh diri paling mematikan pada pasukan keamanan Irak sejak tindakan tegas dilancarkan dua bulan lalu. "Lihat situasi rakyat Irak tinggal. Anda akan melihat ledakan di manapun anda berusaha keluar untuk memperoleh kehidupan," kata seorang saksi. Sekte kuno Di Mosul, sejumlah pria bersenjata menewaskan 23 pekerja tekstil dari sekte minoritas Yazidi setelah memaksa mereka keluar dari sebuah bis mini. Brigadir Jenderal Mohammad al-Waggaa mengatakan orang-orang bersenjata itu menghentikan kendaraan dan menembak mati para pekerja tersebut. Waggaa mengatakan pembunuhan massal itu tampaknya merupakan pembalasan dendam atas insiden yang mana seorang wanita Yazidi telah dilempari batu hingga tewas beberapa pekan lalu karena masuk Islam. Sumber polisi lainnya yang menolak disebutkan namanya memastikan insiden itu. Pasukan AS dan Irak telah mengalirkan ribuan tentara tambahan ke Baghdad pada dua bulan terakhir ini. Sementara dorongan jumlah tentara telah mengurangi pembunuhan oleh regu kematian sektarian, serangan bom mobil masih mengganggu kota itu. Satu gelombang bom mobil menewaskan hampir 200 orang Rabu lalu. Menhan AS Robert Gates mengatakan pada pemimpin Irak Jumat bahwa kemajuan dalam merekonsiliasikan Syiah dan Arab Sunni yang berperang akan menjadi "unsur penting" ketika Washington memutuskan musim panas ini apakah akan mempertahankan jumlah tentara yang lebih besar itu atau tidak. Namun pernyataan para komandan dan pejabat senior AS serta perubahan dalam rencana pengerahan tentara mengesankan jumlah tentara Amerika yang lebih besar mungkin akan tetap selama beberapa bulan setelah musim panas. Washington menghindari mengatakan berapa lama akan membiarkan penambahan pasukan sekitar 160.000 tentara yang diperintahkan Januari. AS hanya mengatakan bahwa meraka akan meninjau kembali kemajuan pada akhir musim panas. Dampaknya adalah bahwa tentara kemudian dapat mulai ditarik kecuali hal itu tampaknya tidak mungkin. Komandan militer AS di Irak, Jenderal David Petraeus, mengatakan pada saat kunjungan Gates bahwa penambahan sebanyak 28.000 tentara tambahan AS bahkan tidak akan rampung selama dua bulan lagi, demikian Reuters.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007