Mereka yang menyerang persatuan dan solidaritas bangsa kita tidak akan pernah menang."
Istanbul (ANTARA News) - Aparat keamanan Turki meaporkan bahwa dua ledakan, satu diduga bom bunuh diri, menewaskan sedikit-dikitnya 15 orang di luar sebuah stadion sepak bola di Istanbul, Sabtu.

Serangan itu tampaknya menarget jam-jam jaga polisi setelah pertandingan antara dua tim teratas Turki.

Presiden Turki Tayyip Erdogan menggambarkan ledakan di luar Vodafone Arena, kandang tim sepak bola Besiktas Istanbul, sebagai serangan teroris terhadap polisi dan warga sipil.

Dia mengatakan tujuan pengeboman itu, tak lama setelah pertandingan yang dihadiri oleh ribuan orang berakhir, telah menyebabkan korban dalam jumlah maksimum.

"Sebagai hasil dari serangan ini sayangnya kita memiliki martir dan orang-orang yang terluka," kata Erdogan.

Ia menimpali, "Tidak ada yang harus meragukan bahwa ini adalah kehendak Allah, kita sebagai negara dan bangsa akan mengatasi teror, organisasi teroris, dan kekuatan di belakang mereka."

Serangan itu mengguncang bangsa penggila sepak bola tersebut, yang masih berusaha untuk pulih dari serangkaian pemboman mematikan tahun ini di sejumlah kota, termasuk Istanbul dan ibukota Ankara, serta beberapa diantaranya dipersalahkan kepada kelompok ISIS dan gerilyawan Kurdi.

Seorang pejabat senior, mengutip informasi dari kementerian kesehatan, mengatakan 15 orang tewas dan 69 luka-luka. Tiga sumber keamanan terpisah sebelumnya mengatakan kepada Reuters bahwa setidaknya 13 orang tewas.

"Kondisinya seperti neraka. Api menyebar sampai ke langit. Saya sedang minum teh di kafe sebelah masjid," kata Omer Yilmaz, yang bekerja sebagai pembersih di Masjid Dolmabahce yang terletak di dekatnya, tepat di seberang jalan dari stadion tersebut.

"Orang-orang bersembunyi di bawah meja, perempuan mulai menangis. Penggemar sepak bola yang minum teh di kafe mencari perlindungan, itu mengerikan," katanya.

Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu mengatakan salah satu ledakan terjadi di luar stadion, sementara pembom bunuh diri diduga menyerang di taman Macka yang lokasinya berdekatan. Sebelumnya, ia mengatakan indikasi awal menunjukkan bom mobil yang menarget sebuah bus polisi bertanggung jawab untuk salah satu ledakan.

Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab. ISIS, kelompok Kurdi dan kelompok kiri jauh telah melakukan serangan bom di Turki sebelumnya.

Turki termasuk anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), yang menjadi bagian dari koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) untuk melawan ISIS di Suriah, dan memerangi pemberontakan oleh milisi Kurdi di tenggaranya.

Seorang fotografer Reuters mengatakan banyak polisi antihuru hara mengalami luka serius di Istanbul akibat ledakan bom.

Polisi bersenjata pun menutup jalan. Sebuah meriam air polisi menyiram puing-puing sebuah mobil yang terbakar dan ada dua kebakaran terpisah di jalan di luar stadion.

NTV dalam siarannya melaporkan bahwa salah satu ledakan menargetkan sebuah kendaraan polisi yang meninggalkan stadion setelah penonton membubarkan diri.

Tim sepak bola Bursaspor, yang pertandingannya melawan Besiktas berakhir dua jam sebelum ledakan, mengatakan tampaknya tidak ada penggemarnya yang terluka. Bursaspor dan Besiktas pun mengutuk serangan itu.

"Mereka yang menyerang persatuan dan solidaritas bangsa kita tidak akan pernah menang," kata Menteri Olahraga Akif Cagatay Kilic di Twitter. Menteri Transportasi Ahmet Arslan, yang juga menulis di Twitter, menggambarkannya sebagai serangan teroris.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengutuk apa yang ia sebut sebagai "tindakan teror mengerikan", sementara para pemimpin Eropa juga menyampaikan pesan solidaritas.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016