Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah berbagi pengalaman mengelola konflik kepada sejumlah ulama asal Afghanistan yang berkunjung ke DPR dalam rangka serial Workshop Islam, Leadhership, and Peace Building, Study and Dialogue Visit to Jakarta, Rabu.

“Indonesia lebih beragam. Dengan lebih dari 17 ribu pulau, lebih dari 1000 bahasa, dan lebih dari 700 suku, kita bisa bertahan. Karena kita memiliki pondasi dan sistem perdamaian yang kuat, yakni Pancasila,” kata Fahri Hamzah saat menerima 18 ulama senior Afghanistan di ruang tamu Pimpinan DPR RI, Gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta.

Fahri melihat ketertarikan ulama Afghanistan pada Pancasila karena Dasar Negara Republik Indonesia itu merupakan gabungan antara ide keagamaan dan kebangsaan.

“Pendiri Indonesia yang berjiwa agamawan, ilmuwan, negarawan, dan politisi, tidak mengkotak-kotakkan antara ulama dan pemimpin negara dan melahirkan Pancasila. Di atas Pancasila, kita membuat konstitusi, di atasnya kita membangun negara yang kuat. Ini yang rupanya perlu mereka dalami dan pelajari, sehingga ada komitmen untuk berpegang pada sesuatu yang kuat sifatnya, karena mereka juga relatif beragam,” jelas Fahri.

Politisi asal dapil Nusa Tenggara Barat itu mengatakan, Indonesia memiliki Mahkamah Konstitusi, dimana lembaga negara ini salah satu tugasnya adalah untuk menyelesaikan sengketa di antara lembaga negara. Konsep ini menurutnya dapat dicontoh oleh Afghanistan.

“Karena mereka juga ada sengketa antara parlemen dengan presidennya itu yang tak kunjung selesai. Mereka tidak seberagam kita, tetapi konflik juga tidak selesai-selesai. Itu yang mereka ingin tahu, dan akan kita bantu perdalam,” tutup Fahri.

Fahri mengatakan dirinya juga sudah berkomunikasi dengan Duta Besar Afghanistan untuk Indonesia, agar lebih konsultatif terkait agenda para ulama itu di Indonesia.

“Saya kira kita perlu memberikan perhatian khusus kepada Afghanistan. Afghanistan memperoleh kemerdekannya dengan perang, hampir sama dengan kita. Sampai-sampai mereka untuk membangun negara itu sulit, karena masih ada konflik antar suku dan agama yang masih sangat luas,” jelas Fahri.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016