Jakarta (ANTARA News) - Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri sudah menangkap 14 orang yang diduga punya kaitan dengan kelompok MNS yang bersumpah setia ke ISIS.

"Ada 14 orang yang diamankan, mereka teridentifikasi satu jaringan," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Pol Martinus Sitompul di Mabes Polri, Jakarta, Senin.

Pada Sabtu (10/12), polisi menangkap terduga teroris MNS dan AS di jalan layang Kalimalang, Bekasi, Jawa Barat, serta DYN di sebuah rumah kontrakan di Jalan Bintara Jaya 8 Bekasi.

MNS (26) berperan sebagai pemimpin jaringan, perekrut DYN, AS, Sy, dan KF serta menerima transfer dana dari petempur ISIS asal Indonesia, Bahrun Naim.

AS (36) menyewa mobil untuk mengantar bom ke Bekasi dan bersama MNS menerima bom dari Sy di Karanganyar dan mengantarkannya ke Bekasi.

DYN (27) adalah ibu rumah tangga yang diproyeksikan menjadi calon "pengantin" aksi bom bunuh diri.

Polisi menangkap Sy (40) di daerah Sabrang Kulon Matesih, Kabupaten Karanganyar, Solo, Jawa Tengah, pada Sabtu (10/12) malam.

Petani itu menyediakan rumahnya sebagai tempat merakit bom, lalu mengantar bom yang dibuat di rumahnya ke pom bensin dekat waduk di Karanganyar untuk diserahkan ke MNS dan AS.

Pada Minggu (11/12), polisi menangkap tiga orang lagi yang diduga merupakan bagian dari jaringan MNS. Polisi menangkap KF (22) di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur; APM (25) di Solo, Jawa Tengah, dan WP (24) di Klaten, Jawa Tengah.

KF adalah mahasiswa yang membuat peledak TATP di rumahnya di Ngawi berdasarkan panduan dari Bahrun Naim lewat Internet dan merakit bom bersama MNS di rumah Sy.

"KF sering berkomunikasi dengan Bahrun Naim," kata Martinus.

Sementara APM (25) adalah ibu rumah tangga yang mengetahui rencana pembuatan bom dan menerima dana untuk membuat bom dan WP (24), yang bekerja sebagai buruh bangunan, menyimpan bahan peledak atas perintah MNS.

Teror bom

Martinus mengatakan bahwa berdasarkan hasil pengembangan dari penangkapan WP, polisi menangkap tiga orang lagi, antara lain IS (33) yang diduga pelaku teror bom molotov di toko Alfamart, Solo, pada 5 November dan teror di Candi Resto, Solo, Baru pada 3 Desember 2016.

Selain itu polisi menangkap Smn (44) di Klaten. Polisi juga menangkap Snt (30) di Karanganyar, Jawa Tengah, karena diduga terlibat aksi teror di Candi Resto, Solo Baru.

Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri bersama Polres Tasikmalaya selanjutnya menangkap perempuan berinisial TS alias UA pada 15 Desember 2016, sekitar pukul 04.30 WIB di rumah kontrakan Jalan Padasuka, Babakan Jawa, Kelurahan Sukamaju Kaler, Kecamatan Indihiang.

TS, yang merupakan ibu rumah tangga, diduga memotivasi terduga teroris DYN untuk "berjihad" dan punya andil mempertemukan DYN dengan MNS.

Di hari yang sama, polisi menangkap perempuan berinisial IP yang diduga terkait kegiatan terorisme di musala Dusun Tegalsari, Desa Brenggong, Kabupaten Purworejo, saat ikut mempersiapkan kegiatan Maulid Nabi SAW.

Pada Minggu (18/12), polisi menangkap lelaki berinisial TS di Kampung Sewu, Kecamatan Jebres, Solo, karena diduga terkait dengan serangan bom molotov di Serengan Solo dan Grogol Sukoharjo. Polisi juga menangkap terduga teroris Ysr, warga Semanggi, Solo.

"Perannya, TS dan Ysr diduga sebagai peracik, pembuat bom yang akan diledakkan di Pulau Jawa, dimana IP diproyeksikan sebagai 'pengantinnya'," katanya.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016