Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuan dengan Utusan Khusus Presiden Serbia, Rasim Llajic, mengharapkan bahwa masalah Kosovo dapat diselesaikan secara damai. "Presiden menginginkan, agar masalah Kosovo diselesaikan dengan damai dan tidak menimbulkan masalah baru," kata Juru Bicara Kepresidenan, Dino Patti Djalal, usai mendampingi Presiden Yudhoyono menerima Rasim Llajic di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa. Menurut Dino, dalam pertemuan tersebut Presiden Yudhoyono mendengarkan secara seksama penjelasan Rasim Llajic mengenai posisi Serbia dalam masalah Kosovo. "Presiden mendengarkan penjelasan dan alasan-alasan yang diterangkan Rasim Llajic mengenai masa depan Kosovo dari sisi pemerintah Serbia," kata Dino. Presiden Yudhoyono, lanjut Dino, mengharapkan penyelesaian masalah Kosovo tidak dilakukan secara tergesa-gesa. Dalam pertemuan dengan Yudhoyono itu, Rasim Llajic juga menjelaskan mengenai keinginan Serbia meningkatkan hubungan bilateral dengan Indonesia. "Serbia juga ingin menonjolkan peran di Eropa, di negara-negara Non-Blok, dan negara-negara Islam atau berpenduduk mayoritas Islam," kata Dino. Sebelumnya, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) sepakat untuk mengirim misi pencari fakta ke Kosovo dan Beograd sebelum pembahasan mengenai proposal kemerdekaan yang disampaikan Kepala Perunding PBB, Martti Ahtisaari yang mantan Presiden Finlandia dan pernah menjadi juru perundingan RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Serbia tetap menentang kemerdekaan bagi provinsi yang mereka anggap sebagai tempat lahir peradabannya itu. Rencana Ahtisaari itu, yang didukung oleh masyarakat Albania Kosovo, Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS), akan dibicarakan dalam beberapa pekan yang akan datang, mungkin Mei 2007, oleh DK PBB, yang harus memutuskan status masa depan Kosovo. Kosovo telah diperintah oleh satu misi PBB sejak pertengahan 1999, setelah serangan pemboman Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengakhiri tindakan keras oleh pasukan Serbia terhadap mayoritas etnik Albania di provinsi itu. Sekira 10.000 etnik Albania tewas dan ratusan ribu orang yang lain meninggalkan Kosovo dalam konflik pada 1998-1999. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007