Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) An Nuur jurusan Perbankan Syariah, Sumedang, Jawa Barat, yang diresmikan pada Rabu (28/12/2016) dan dihadiri para tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dari Jakarta dan kalangan nahdliyin setempat merupakan jawaban dari tantangan sistem perbankan syariah yang makin pesat belakangan ini.
Warga setempat kini harus "melek" dengan sistem perbankan syariah.
Sekolah ini dibangun di atas lahan 1,300 meter persegi, memiliki sembilan lokal dan dibangun dengan dana Rp2,5 miliar. Dana sebesar itu berasal dari dukungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemkab Sumedang.
Tampilan bangunan sekolah yang terletak di atas bukit kawasan Sumedang Utara tersebut tergolong "wah". Meski seluruh detil bangunan belum dapat dirampungkan, pekerjaan bangunan diselesaikan dalam empat bulan memberikan gambaran bahwa adanya keseriusan nahdliyin di wilayah itu dalam bidang pendidikan. Animonya demikian tinggi.
Kepala SMK Perbankan Syariah mengaku,Lilis Santika menegaskan minat warga setempat menyekolahkan ke lembaga pendidikan itu cukup tinggi. Pada awal tahun ini, sudah banyak orang tua ingin mendaftarkan putera-puterinya di sini.
"Kita doakan saja biar cepat maju," harapnya.
Sekretaris Pemkab Sumedang Zaenal Alimin berharap hadirnya lembaga pendidikan di wilayahnya akan menjadi lampu penerang bagi warga setempat. Para ulama dan ustadz akan memberikan pengetahuannya melalui lembaga ini meski "bisa jadi karena keterbatasan" tenaga pengajarnya digaji dengan cara PGA, yaitu "Peraturan Gaji Akhirat".
Pernyataan itu langsung saja disambut tawa hadirin ketika ia memberi sambutan. Namun diyakini hal itu tak terjadi lantaran lembaga pendidikan itu akan dikelola secara profesional. Apalagi ke depan akan ditambah dengan program pendidikan pemetaan atau gambar yang tenaganya kini banyak diminati di sejumlah perkantoran.
Pada acara tersebut Wakil Ketua Umum Asbihu KH Hafidz Taftazani, Sekretaris Asbihu Cepy Supriatna, Nasir Magsudhi, Ketua NU Jawa Barat KH Hasan Nuri Hidayatullah, para pejabat dan tokoh masyarakat setempat ikut hadir.
Yang jelas, hadirnya lembaga pendidikan tersebut dapat menangkal merosotnya budi pekerti. Penguatan keimanan harus lebih baik ke depan. Sebab, tantangan ke depan makin berat. Jumlah orang tak berakhlak memang sedikit, tetapi bisa mempengaruhi orang banyak. Karena itu, ia menyambut baik langkah tokoh NU memajukan pendidikan di Sumedang.
Pemerintah akan memberi dukungan untuk memajukan pendidikan. Ulama dan umaro memang harus bergandeng tangan bersinergi. Umaro atau pemerintah memang harus paham tugas keulamaan, demikian pula sebaliknya.
Meski sistem perbankan syariah sudah lama di kenal di Indonesia, tetapi warga Sumedang "khususnya lapisan akar rumut"belum terlalu akrab atau "familiar" dengan sistem tersebut. Mereka lebih suka menyimpan uang di bawah bantal.
Bagi warga petani, masih ada kesan menyimpan uang di bank konvensional sebagai perbuatan riba. Sementara memanfaatkan bank syariah belum terlalu dikenal. Itulah sebabnya sekolah yang didirikan dengan dukungan kalangan NU dan Pemda setempat lebih mendorong pada upaya memaksimalkan peran bank syariah.
Wujud pelaksanaannya dengan cara memberikan wawasan tentang sistem perbankan syariah di kalangan santri (siswa). Melalui cara itu, sistem perbankan syariah akan lebih cepat tersosialisasi.
"Kita berharap warga tak lagi menyimpan uangnya di bawah bantal," ungkap Kepala SMK An Nuur Perbankan Syariah itu.
Memang dewasa ini sistem syariah tengah mengalami "booming" di Tanah Air seiring makin meningkatnya kepercayaan umat Muslim untuk menginvestasikan dana di berbagai bidang usaha.
Sistem syariah kini berkembang pesat selain bidang perbankan juga industri lainnya seperti perhotelan, usaha Mikro,kecil dan menengah (UMKM).
Menjawab tantangan
Harus diakui bahwa sistem perbankan syariah di Tanah Air kini tengah berkembang pesat. Adanya dana haji dimasukkan ke sejumlah bank syariah merupakan bukti pemerintah memberikan dukungan terhadap bank syariah.
Belakangan, pemerintah pun sedang mendorong dana wakaf dapat dioptimalkan melalui sistem perbankan syariah. Juga jika wakaf uang sudah tersosialisasi bisa memanfaatkan perbankan syariah. Ke depan, memang, penting dilakukan kerja sama antarbank syariah guna mewujudkan bank wakaf.
Dan hadirnya SMK tersebut merupakan jawaban terhadap sebagian persoalan bangsa dewasa ini. Peroalan pendidikan belakangan ini diarahkan bukan sekedar melahirkan orang cerdik pandai, tetapi juga memiliki integritas dan keimanan Islam yang tangguh.
Ketua Umum Asosiasi Bina Haji dan Umroh Nahdlatul Ulama (Asbihu-NU) KH Musthofa Aqiel Siradj-- yang mewakili Ketua Umum PB NU KH Agil Siradj --dalam sambutannya pada peresmian sekolah dan lembaga kemaslahatan NU itu menyatakan, NU ikut memberikan kontribusi dalam bidang pendidikan ini.
Berapa besar dana yang dikucurkan untuk membantu SMK tersebut, ia tak menyebutkan. Tetapi cukup memadai. Yang jelas, ke depan, NU harus selalu siap memberikan solusi terhadap persoalan bangsa setiap saat. Termasuk di dalamnya persoalan pendidikan.
Adik kandung Ketua Umum PB NU Said Aqiel Siradj, menyebutkan bahwa secara umum persoalan bangsa saat ini tak selalu dapat diselesaikan oleh ahlinya. Ia pun menganalogikannya dengan banyaknya dokter ternyata tak diiringi berkurangnya jenis penyakit, tetapi justru jenis penyakit beragam dan makin banyak.
"Banyaknya ahli hukum bukan mengurangi angka kriminal dan jumlah koruptor, tetapi justru angka kejahatan makin banyak. Ini apa artinya. Yang jelas, penyelesaian bangsa tak cukup dapat diserahkan kepada ahlinya, tetapi masih ada sisi lain yang harus mendapat dukungan dari bidang dan tenaga lain sehingga peroalannya dapat diselesaikan secara komprehensif," ujarnya.
Dalam kaitan ini, Musthofa mengatakan NU harus siap setiap saat dengan segala sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya.
Hadirnya SMK Perbankan Syariah di Sumedang adalah salah satu wujud cara NU mendorong warga setempat untuk membuka wawasan terhadap sistem perbankan syariah yang kini makin dikenal luas. Namun ke depan pun penting dilakukan antisipasi munculnya sengketa dalam bisnis syariah dengan cara membawa persoalan ke peradilan niaga, misalnya.
Sekedar menengok peristiwa ke belakang, ia mengatakan, dahulu anggota NU di berbagai daerah dipinggirkan dan terpinggir namun sekarang NU memasuki zaman keemasan setelah reformasi.
NU saat ini sudah memiliki 33 perguruan tinggi dan lembaga sosial lainnya.
Dewasa ini, lanjut dia, NU sedangh merealisasikan program pencetakan tenaga 1.000 doktor nonagama dari berbagai disiplin ilmu. Harapannya, tenaga ahli tersebut akan ikut memberi kontribusi positif di segala lini kehidupan dengan akhlak mulia.
Perhatian Presiden Joko Widodo pun cukup besar dengan ditandai kunjungannya ke kantor PB NU. Ulama memang tak bisa dipisahkan kontribusinya dalam memajukan bangsa.
Oleh Edy Supriatna Sjafei
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016