pertanyaannya adalah apakah itu jawaban yang proporsional atas tindakan (Rusia) itu?
Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump dan Senator John McCain yang sama-sama dari Partai Republik, berbeda 180 derajat dalam menyikapi pengusiran diplomat Rusia dan tudingan Rusia meretas AS.

Sean Spicer yang akan segera menjadi Sekretaris Pers Gedung Putih berkata dalam program "This Week" dari televisi ABC bahwa pemerintah AS saat ini terlalu berlebihan menghukum Rusia dengan cara mengusir 35 diplomatnya dan menerapkan sanksi kepada dua badan intelijennya.

"Salah satu pertanyaan kami adalah mengapa magnitudonya seperti ini? Maksud saya 35 orang yang diusir, dua situs yang ditutup, pertanyaannya adalah apakah itu jawaban yang proporsional atas tindakan (Rusia) itu?" kata Spicer.

Spicer lalu membandingkan tindakan yang diambil AS sewaktu China mencuri data para pegawai pemerintah AS pada 2015.  "Tidak ada langkah yang diambil. Tidak ada, tidak ada langkah apa-apa ketika jutaan orang yang memiliki informasi pribadi, termasuk informasi soal keamanan, dibobol. Tak ada satu pun langkah diambil."

Trump sendiri menyebut sanksi kepada Rusia itu tidak adil. "Saya kira tidak adil jika kita tidak tahu. Itu bisa saja orang lain. Saya juga tahu hal-hal yang orang lain tak ketahui, jadi kita tak bisa memastikan."

Trump malah berjanji membongkar informasi menyangkut masalah ini pada Selasa atau Rabu, tapi dia tak menjelaskan lebih jauh mengenai hal ini.  Belum jelas benar apakah Trump setelah dilantik pada 20 Januari bakal membatalkan sanksi Presiden Barack Obama kepada Rusia itu atau tidak.

Sikap Trump dan Spicer itu berbeda 180 derajat dengan Senator John McCain yang justru meminta negaranya mengambil langkah lebih tegas terhadap Presiden Vladimir Putin dengan menyerukan sanksi lebih keras dari pada yang diambil Obama.

"Kami akan mendesak kolega-kolega kami (di Kongres) untuk menerapkan sanksi yang lebih keras dan tegas terhadap Rusia karena serangan mereka terhadap Amerika Serikat," kata McCain kepada wartawan di ibu kota Georgia, Tbilisi, seperti dikutip Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017