Gorontalo (ANTARA News) - Negara Indonesia hingga kini masih menjadi eksportir produksi gas bumi jenis gas alam cair (Liquid Natural Gas/LNG) terbesar di dunia, kata Direktur Gas Bumi Badan Pengatur Hilir (BPH) Minyak dan Gas Bumi (Migas), Hendri Ahmad. Di Gorontalo, ia mengemukakan bahwa Indonesia mengeskpor sekitar 47,2 persen atau 3.389,9 MMSCFD LNG dari total ekpor gas setiap tahunnya. Menurut dia, gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang cukup besar yang dimiliki Indonesia, dimana cadangan gas bumi cukup untuk memenuhi kebutuhan negara itu selama 56 tahun kedepan. Ia menjelaskan, produk gas bumi di Indonesia terdiri dari LNG, Compresed Natural Gas (CNG) atau Bahan Bakar Gas (BBG), elpiji (Liquid Petroleum Gas/LPG), serta Natural Gas (gas bumi). Namun, kata dia, dari total produksi gas bumi sebesar 8,13 BSCFD, sekitar 41,6 persen digunakan untuk keperluan domestic dan sisanya untuk diekspor, dengan komoditi utama LNG. Sementara itu, katanya, untuk ekspor LPG hanya mencapai 3,7 persen dan gas pipa sebesar 7,5 persen dari total ekpor gas bumi. "Jadi, LNG menjadi salah satu penyumbang devisa negara dan dapat memenuhi kebutuhan pasar dunia," ujarnya. Ia menambahkan, Bahan Bakar Minyak (BBM) tak dapat diandalkan lagi dan cadangannya kian menipis, bila dibandingkan dengan gas bumi yang mempunyai peran penting dalam diversifikasi energi. Meskipun demikian, lanjutnya, minimnya infrastruktur dan iklim investasi dalam negeri yang belum kondusif, menjadi kendala dalam pengembangan dan pemanfaatan gas bumi. "Dana pemerintah masih terbatas, sementara investor juga masih meragukan kepastian hukum dan pengembalian investasi di Indonesia," tambahnya. Untuk itu, ia menambahkan, BPH Migas berupaya agar pemerintah secara bertahap mengalokasikan dana subsidi BBM untuk pengembangan jaringan pipa distribusi, serta menarik investor untuk kegiatan transmisi dan ditribusi gas bumi. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007