Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak tiga ribu buruh yang berasal dari sejumlah elemen perburuhan di tanah air, Selasa, menggelar aksi unjuk rasa di depan Istana Presiden untuk menyambut Hari Buruh Sedunia, meski Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tengah melakukan kunjungan ke Palu, Sulawesi Tengah. Massa itu berasal dari berbagai elemen seperti Gabungan Serikat Buruh Independen (GSBI), Aliansi Buruh Menggugat (ABM), Migran Care, Pergerakan Indonesia, Kongres Serikat Buruh Indonesia (KASBI), dan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI). Di bawah penjagaan ketat aparat kepolisian, massa yang berasal dari sejumlah perusahaan industri di Jabodetabek itu menggelar orasi yang intinya mengecam sikap pemerintah yang tidak pernah memberikan perhatian dan perlindungan kepada para buruh. Bahkan mereka juga menggelar happening art yang melakonkan sosok Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menerima bingkisan dari para buruh, yang kemudian diikuti oleh yel-yel khas buruh. Kedatangan massa buruh itu, berasal dari tiga titik lokasi awal aksi, yakni dari arah Bundaran Hotel Indonesia (HI), Patung Tani, dan Gedung Balaikota, mereka bergerak secara konvoi baik berjalan kaki maupun mengggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Akibatnya ruas Jalan Thamrin, terpaksa ditutup oleh petugas kepolisian untuk memberikan kesempatan kepada massa buruh itu untuk melakukan longmarch demikian pula sebaliknya di Jalan Merdeka Barat. Maklumat yang disampaikan Pergerakan Indonesia DKI Jakarta, menyatakan, tolak neoraliberalisme, tolak fleksibiltas pasar tenaga kerja, tolak upah buruh murah, revisi Jamsostek Nomor 3/1992, bubarkan pengadilan hubungan industrial, tolak kriminalisasi perburuhan, dan ganti menakertrans. "Pemerintah harus ganti Menakertrans karena sampai sekarang belum sedikitpun memberikan pembelaan terhadap nasib buruh Indonesia. Kami juga menuntut agar pemerintah menjadikan 1 Mei sebagai hari libur nasional," kata orator aksi unjuk rasa di depan Istana Presiden tersebut. Sempai berita ini, diturunkan ribuan massa buruh tersebut masih bertahan di depan Istana Presiden RI.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007