London (ANTARA News) - Geoff Hoon, menteri pertahanan Inggris saat invasi ke Irak pada Maret 2003, mengakui Inggris dan Amerika Serikat tidak menyusun rencana secara tepat mengenai apa yang akan terjadi setelah penyerbuan dilakukan. Hoon, kini sebagai menteri urusan Eropa, juga mengatakan dia dan para kolega tidak sependapat dengan timpalan mereka dari AS dalam keputusan-keputusan kunci tentang perang Irak, tetapi telah menyepelekan peran Wapres AS. Dalam wawancara yang dimuat koran The Guardian, Rabu, Hoon juga mengaku "kami tidak merencanakan dengan tepat apa yang akan terjadi setelah perang". "Mungkin kami terlalu optimistis jalanan akan dipenuhi dengan orang-orang yang bersorak," katanya. Lebih lanjut dia mengemukakan, sejarahlah yang akan menilai apakah seharusnya para penyusun taktik di pasukan koalisi telah mengantisipasi kekerasan antara masyarakat Sunni dan Syiah di Irak. "Dari apa yang kita tahu sekarang, saya kira jawabannya adalah kita sudah seharusnya (lebih dulu tahu untuk mengantisipasi), namun waktu itu kita tidak tahu." Hoon mengatakan Wapres Dick Cheney ternyata punya kekuasaan yang lebih besar daripada yang diperkirakan Inggris. Pengaruhnya dalam membuat keputusan untuk Presiden George W Bush, lebih menentukan dibanding Menhan Donald Rumsfeld dan Menlu Colin Powell. Seringkali, perdana menteri Tony Blair "telah punya pendapat yang sama dengan presiden AS, saya telah punya kesamaan pendapat dengan Don (Donald Rumsfeld) dan Jack (Straw, Menlu Inggris ketika itu) sudah punya kesamaan dengan Colin (Powell), tapi keputusan yang keluar benar benar beda," demikian AFP.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007