Baghdad (ANTARA News) - Delapan prajurit Amerika Serikat (AS) dan seorang wartawan tewas dalam serangan-serangan bom di Irak, Minggu, kata militer AS dalam sebuah pernyataannya. Menurut pernyataan itu, serangan paling mematikan terjadi ketika sebuah bom pinggir jalan meledak, menewaskan enam prajurit dan seorang wartawan di provinsi bergolak Diyala. Bom itu meledak ketika sebuah kendaraan yang membawa orang-orang itu lewat. Pernyataan tersebut tidak memberikan penjelasan labih lanjut mengenai wartawan itu, namun banyak wartawan asing mengikuti satuan-satuan militer Amerika selama operasi keamanan dukungan AS di dan sekitar Baghdad yang dimulai pada Februari. Dua prajurit lain AS tewas dalam serangan-serangan bom terpisah Minggu, seorang diantaranya di Baghdad, kata militer. Sebelumnya, sebuah bom mobil menewaskan sedikitnya 35 orang dan mencederai 80 lain pada Minggu di dekat sebuah pasar yang ramai di kawasan Syiah Baghdad yang telah berulang kali menjadi sasaran serangan yang dituduhkan pada gerilyawan Sunni Al-Qaeda. Pasukan AS membunuh 10 gerilyawan dan menghancurkan sebuah ruang penyiksaan di Kota Sadr Baghdad, yang merupakan markas milisi Tentara Mehdi pimpinan ulama Syiah anti-Amerika Moqtada al-Sadr. Komandan-komandan Amerika menyatakan bahwa serangan menjelang fajar itu, yang dilakukan terhadap orang-orang yang diduga anggota sebuah sel yang menyelundupkan bom-bom canggih dari Iran, menemukan 150 bom mortir di bangunan yang juga mencakup ruang penyiksaan itu dan pasukan menghancurkannya dalam ledakan yang terkendali. Ledakan bom mobil di dekat pasar itu merupakan salah satu serangan terburuk di Baghdad dalam beberapa pekan ini. Bom itu meledak di distrik Bayaa. Orang-orang menggunakan selimut untuk membawa korban-korban yang tewas dan cedera ke truk-truk pick-up. Ledakan itu menghancurkan bagian depan toko dan sejumlah mobil. Pasukan AS dan Irak meluncurkan operasi keamanan di Baghdad tiga bulan lalu dalam upaya meredakan konflik sektarian Syiah-Sunni yang bisa berkembang menjadi perang saudara. Operasi itu, yang akan diperkuat 30.000 prajurit tambahan AS yang diperkirakan digelar sebelum 1 Juni, telah mengurangi pembunuhan sektarian, namun serangkaian serangan bom mobil terus terjadi di ibukota Irak tersebut. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007