Hongkong (ANTARA News) - Harga saham di Asia, Senin menguat, terutama saham-saham Australia dan Korea Selatan yang terpicu oleh membaiknya bursa Wall Street, akibat melemahnya dolar AS terhadap yen, setelah data penyerapan tenaga kerja AS menurun. Analis Valas Sekuritas GoodMorning Shinhan, Kim Joong-Hyun di Hongkong, mengatakan membaiknya pasar saham global memberikan tanda positif pasar. Hal ini juga pertanda pertumbuhan ekonomi AS makin membaik, karena kekhawatiran atas inflasi makin menurun, katanya kepada Reuters. Para pelaku pasar, menurut dia, aktif memburu saham-saham blue chip terutama saham industri pertambangan yang mengalami kenaikan harga cukup besar seperti harga saham industri logam, dan Yaho Japan Corp. Yaho Japan Corp dilaporkan akan dibeli oleh Microsoft Corp sehingga diburu oleh pelaku pasar, ujarnya. Kenaikan harga saham itu memicu indeks saham menguat seperti indeks Nikkei, Jepang naik 1,6 persen, yang dipicu oleh saham produsen elektronik, Softbank dan konglomerat internet Yaho Japan Corp. Selain itu, indeks Kospi, Korea Selatan, menguat 0,7 persen yang didukung oleh saham Samsung Electronic dan perusahaan Flat Screen Maket LG-Philips dan indeks SP/ASX 200, Australia, melonjak 0,3 persen, tuturnya. Membaiknya bursa Wall Street ini, ia mengatakan terpicu oleh pembahasan pengambilan saham-saham potensial setelah keluarnya data penyerapan tenaga kerja AS yang menurun, menunjukkan bahwa negara Paman Sam masih merupakan negara potensial untuk pertumbuhan ekonomi dunia. Karena itu, kecenderungan akan inflasi yang terus meningkat berubah menjadi menurun yang diperkuat oleh penyerapan tenaga kerja AS non pertanian yang hanya 88.000 orang itu, katanya. Kondisi ini juga didukung oleh harga minyak mentah dunia seperti harga minyak mentah AS penyerahan Juni turun sembilan sen menjadi 61,84 sen dolar AS yang menunjukkan meningkatnya impor minyak AS. Meski Nigeria yang merupakan eksportir minyak mentah no.8 terbesar dunia terus mengalami penurunan produksi yang akan mengkhawatirkan stok harga minyak mentah dunia berkurang. Selain itu, juga ada kekhawatiran di kawasan Timur Tengah khususnya Iran, yang berencana akan melanjutkan program uji coba nuklir yang meresahkan negara-negara barat, khususnya Amerika Serikat dan Inggeris, tuturnya. Sementara itu, dolar AS merosot terhadap yen, yang akan memicu bank sentral AS segera menurunkan suku bunganya, meski sejumlah pedagang memperkirakan kenaikan itu kemungkinan tipis sekali. Dolar AS turun menjadi 120,05 dari sebelumnya 120,20. Data penyerapan tenaga kerja AS merupakan faktor utama yang menekan dolar AS melemah, sehingga rupiah menguat tajam hingga mendekati level Rp8.800, meski kenaikan itu diperkirakan tidak akan berlangsung lama. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007