Yogyakarta (ANTARA News) - Kematian empat bayi dari lima bayi kembar hasil terapi hormon (program bayi tabung) di Rumah Sakit dr Sardjito Yogyakarta disebabkan infeksi dalam aliran darah bayi. Penyebab kematian keempat bayi kembar lima itu dikatakan Kepala Humas dan Hukum RS dr Sardjito Heru Trisna Nugraha kepada wartawan di Yogyakarta, Senin. Ia menambahkan saat ini kondisi bayi yang masih hidup yang berjenis kelamin perempuan sudah melewati masa kritis. "Pada hari kedelapan sejak dilahirkan berat badannya sudah meningkat menjadi 870 gram, dari berat lahir 842 gram," katanya. Ia menyebutkan fungsi liver bayi tersebut sudah membaik, setelah sempat bermasalah. Kondisinya sudah stabil, meski masih dibantu alat pernafasan oksigen. Bayi ini masih minum ASI (air susu ibu) sebanyak tiga cc setiap tiga jam. Dikatakan oleh Heru, sejak 2 Mei lalu pembiayaan perawatan bayi tersebut dijamin oleh PT Askes (Asuransi Kesehatan). Sebelumnya, pihak keluarga orangtua bayi yaitu pasangan Rudi Kuswoyo (29) - Yuli Suhana (26) telah membayar Rp20.635.550 kepada rumah sakit sebagai biaya perawatan ibu bayi. Biaya perawatan dua bayi yang meninggal terlebih dulu sekitar Rp4 juta, dan biaya perawatan dua bayi yang terakhir meninggal ditambah satu bayi yang masih hidup hingga Senin (7/5) sebesar Rp20.969.050. "Biaya ini akan dijamin Askes, karena bayi menempati ruang perawatan kelas III, dan ada surat permohonan keringanan biaya karena dari keluarga tidak mampu," kata dia. Bayi kembar lima, empat laki-laki dan satu perempuan tersebut lahir pada Jumat 27 April lalu melalui operasi sesar di RS dr Sardjito Yogyakarta. Saat kelima bayi itu lahir, usia kandungan ibunya 29 minggu. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007