Ramadi, Irak (ANTARA News) - Dua bom mobil bunuhdiri meledak Senin di kota bergolak Ramadi, Irak barat, sehingga menewaskan 20 orang, kata Kolonel Tareq al-Dulaimi, seorang pejabat tinggi keamanan di Provinsi Al-Anbar. "Sepuluh orang tewas dalam masing-masing ledakan dan kedua ledakan berasal dari bom mobil bunuhdiri," kata Dulaimi, kepala keamanan internal di daerah itu. Bom pertama disembunyikan di dalam sebuah truk pengangkut hasil bumi yang memungkinkannya memperoleh akses ke sebuah pasar rakyat di sebelah utara ibukota provinsi tersebut. "Serangan teroris pengecut dari Al-Qaeda ini ditujukan pada warga sipil di sebuah pasar," kata Letkol Thamer Ahmed, seorang perwira pasukan tangggap darurat Irak, kepada AFP di lokasi kejadian. "Penjahat-penjahat dari Al-Qaeda berusaha menggoyahkan keamanan dan mereka tidak memiliki kaitan dengan Islam," katanya. Di sekitar perwira tersebut, terlihat puing-puing sejumlah toko yang hancur dalam ledakan itu, yang juga mengakibatkan mobil-mobil yang diparkir di daerah berdekatan terbakar. Bom kedua meledak 15 menit kemudian dengan sasaran mobil-mobil yang mengantre di sebuah pos pemeriksaan polisi yang berjarak dua kilometer. Militer AS menyatakan, bom ini tampaknya disembunyikan di sebuah sedan. Ahmed mengatakan, polisi memiliki informasi bahwa sebuah bom mobil ketiga berada di sebuah tempat di kawasan itu. "Kami masih mencarinya," katanya. Serangan bom ganda itu terjadi setelah sejumlah komandan senior AS menyebut-nyebut Al-Anbar sebagai sebuah cerita keberhasilan bagi pemerintah Irak dan sekutu Amerika-nya dalam memulihkan perdamaian di negara yang dilanda perang itu. Bulan lalu panglima koalisi Jendral David Petraeus mengatakan kepada wartawan di Washington, kemajuan di Anbar merupakan sesuatu yang cukup melegakan. Dalam beberapa bulan ini, sebuah aliansi para pemimpin suku bekerja sama dengan pasukan AS untuk memerangi gerilyawan pimpinan Al-Qaeda yang mengarah pada penurunan dramatis dalam kekerasan di Ramadi. Namun, pasukan AS di lapangan tetap berhati-hati dengan memperingatkan bahwa gerilyawan akan melanjutkan operasi semacam itu selama beberapa waktu yang akan datang. (*)

Copyright © ANTARA 2007