Jakarta (ANTARA News) - Turis asing non-Muslim yang berkunjung ke Masjid Istiqlal Jakarta Pusat sejak awal tahun ini jumlahnya naik 100% .

"Untuk kunjungan wisatawan asing kategori non-Muslim, sebelumnya jumlah kunjungan rata-rata per hari antara 100-150 pengunjung. Namun dari bulan Januari s/d Maret 2017 kunjungan meningkat menjadi 200-300 pengunjung per harinya." ujar Kepala Bagian Protokoler dan Pelayanan Istiqlal Jakarta Abu Hurairah Abdul Salam kepada ANTARA News awal pekan ini.

Abu menjelaskan, kunjungan wisatawan asing didominasi dari Tiongkok, dan jumlah mereka menggeser jumlah wisatawan Jepang yang sebelumnya berada di posisi terbanyak mengunjungi Masjid Istiqlal.

Kunjungan yang meningkat dua kali lipat itu menimbulkan tantangan tersendiri bagi pihak Istiqlal. "Kami hanya memiliki pemandu yang bisa berbahasa Inggris dan Arab saja. Untuk yang paham bahasa Jepang, Korea maupun Cina sama sekali belum ada," kata Abu.

Pada Senin siang (20/3) terlihat para wisatawan asing berkunjung ke Masjid Istiqlal. Mereka mencermati arsitektur bangunan maupun mendengarkan penjelasan mengenai Masjid Istiqlal.

Dua di antaranya adalah turis asal Italia, Ariana Papini dan Luiqi Sargentoni yang mendapat penjelasan dari staf protokoler Mesjid Istiqlal, Putri.

Selama 20 menit, Putri menjelaskan kepada Ariana dan Luiqi tentang sejarah dan fungsi dari Mesjid Istiqlal bagi umat muslim. 

Beberapa kali ia menjelaskan arti dari tulisan Arab yang menghiasi interior dari Mesjid Istiqlal.

"Bila Mr. Luiqi dan Mrs. Ariani melihat ke atas, Maka akan terlihat kubah Mesjid  Istiqlal dan Menara Gereja Kathedral. Ini menunjukkan hubungan keharmonisan umat beragama di Negara Republik Indonesia." ujar Putri kepada Luiqi dan Ariani. 

Diskusi berlanjut dan satu diantaranya berkomentar, "saya sangat menghargai umat muslim, namun saya tidak sanggup jika harus berpuasa hampir 12 jam. Saya bisa untuk menahan lapar, tapi sangat tak sanggup jika harus menahan haus." kata Luiqi kepada Putri saat menjelaskan tentang berpuasa. 

(Magang BPJS TK : Adi Setiawan)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017