Canberra (ANTARA News) - Sehari sebelum Departemen Pertahanan Australia melakukan kontrak pertama akuisisi 24 unit pesawat canggih "Super Hornet" untuk menggantikan pesawat tempur F-111 miliknya pada 2010, Kasau Marsekal TNI Herman Prayitno justru diberi kehormatan untuk terbang dengan F-111 itu pada 2 Mei lalu. Namun Atase Pertahanan RI di Canberra, Marsekal Pertama TNI Kuswantoro mengatakan kehormatan yang diberikan Kasau Angkatan Bersenjata Australia (ADF), Marsekal Geoff Shepherd kepada Kasau TNI itu tidak ada kaitannya dengan rencana Australia menarik F-111 dan menggantinya dengan F/A-18 F Super Hornet itu. "Terbang bersama pilot pesawat tempur F-111 RAAF itu merupakan kehormatan kepada Kasau kita yang diberikan Kasau Angkatan Bersenjata Australia (ADF), Marsekal Geoff Shepherd," kata Marsekal Pertama TNI Kuswantoro saat menjelaskan hasil kunjungan Kasau kepada ANTARA di Canberra, Senin. Ia mengatakan dalam kunjungan Kasau TNI dari 30 April hingga 5 Mei lalu itu, tidak ada pembicaraan khusus, karena kunjungan tersebut hanya dimaksudkan untuk memenuhi undangan Kasau ADF dan sudah menjadi bagian dari program pertukaran kunjungan pimpinan senior AU kedua negara yang disepakati dalam "airman-to-airman talk". Kasau Marsekal TNI Herman Prayitno terbang bersama pilot pesawat tempur F-111 selama 45 menit ketika ia mengunjungi Skuadron F-111 RAAF yang berpangkalan di Pangkalan Udara Amberley, delapan kilometer baratdaya Ipswich atau sekitar 50 kilometer baratdaya Brisbane itu, pada 2 Mei lalu, katanya. Kunjungan Kasau TNI itu semakin membuat pimpinan AU kedua negara saling mengenal secara lebih dekat sehingga kalau pun kedua negara memiliki masalah secara politis, angkatan bersenjata, khususnya matra udara, kedua negara tidak terpengaruh seperti selama ini, katanya. "Pimpinan kedua angkatan dapat menyelesaikan masalah cukup dengan telepon saja sehingga tidak usah bersitegang. Kita memang dari dulu begitu. Walau kondisi politik berubah-ubah, hubungan antardepartemen pertahanan dan TNI-ADF tetap baik, dan tidak ada perubahan kebijaksanaan," katanya. Terkait dengan rencana ADF menarik pesawat tempur F-111 miliknya pada 2010 dan menggantinya dengan pesawat tempur super canggih F/A-18 F Super Hornet yang selama ini dimiliki Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), Dephan Australia 3 Mei lalu telah melakukan kontrak pertama akuisisi 24 unit F/A-18 F Super Hornet dan sistem pendukungnya senilai 2,9 miliar dolar Australia dengan Angkatan Laut AS. Berbagai masalah lainnya, termasuk akuisisi senjata, direncanakan selesai tahun ini juga, sedangkan pelatihan bagi para personil militer Australia di AS dimulai pada 2009 atau setahun sebelum penarikan F-111. Kehadiran F/A-18 F Super Hornet diyakini oleh Dephan Australia akan mempertahankan kemampuan tempur udara negara itu melalui transisi ke pesawat tempur siluman untuk segala matra F-35 pada dekade berikutnya. Pesawat tempur buatan Boeing dan pertama kali terbang pada 29 November 1995 ini dinilai berkemampuan tinggi, terbukti dalam operasi tempur, dan memiliki multi peran. Angkatan laut AS menggunakan jenis pesawat tempur yang memiliki seri E dan F ini hingga tahun 2030. Sebanyak 24 pesawat Super Hornet yang pengadaannya menelan total investasi sekitar enam miliar dolar selama lebih dari 10 tahun itu akan ditempatkan di Pangkalan Udara Angkatan Udara Australia (RAAF) di Amberley, Negara Bagian Queensland, Situs "Airforce-Technology.Com" menyebutkan ukuran pesawat tempur Super Hornet lebih besar 25 persen dari pendahulunya, F/A-18C/D, namun mengandung bagian-bagian struktur 42 persen lebih sedikit dari pendahulunya itu. Pesawat tempur canggih ini memiliki 11 jenis senjata dan dapat dilengkapi dengan persenjataan seperti rudal dari udara ke udara AIM-9 Sidewinder, AIM-7 Sparrow dan AIM-120 AMRAAM. (*)

Copyright © ANTARA 2007