Jakarta (ANTARA News) - Seorang bankir swasta mengatakan, kebijakan Bank Indonesia (BI) menurun BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 8,75 persen dari sebelumnya 9,00 persen akan mendorong meningkatnya fungsi intermediasi perbankan. "Keputusan BI menurunkan bunga BI Rate sebesar 25 basis poin itu akan diikuti pula oleh penurunan bunga kredit bank dalam dua sampai tiga bulan mendatang, setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan deflasi April 2007 sekitar 0,16 persen," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk Kostaman Thayib di Jakarta, Selasa. Menurut dia, penurunan BI Rate sekitar 25 basis poin sudah diduga sebelumnya, karena BI juga menjaga agar investor asing tetap aktif bermain di pasar uang maupun pasar modal. Apabila BI Rate diturunkan lebih besar dikhawatirkan investor asing yang sudah menempatkan dananya di pasar domestik akan mengalihkannya ke tempat lain, katanya. Penurunan BI Rate itu, ia menambahkan diharapkan diikuti pula Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) sebesar 25 basis poin, sehingga bunga BI Rate dan bunga penjaminan masing-masing mencapai 8,75 persen. LPS pernah tidak menurunkan bunga penjaminan yang masih bertengger di level 9,25 persen, ketika BI Rate turun 25 basis poin menjadi 9,00 persen dengan alasan untuk mempertahankan kepercayaan nasabah, katanya "Peluang BI Rate untuk turun sebenarnya cukup besar, apalagi Indonesia mengalami deflasi April 2007 hanya 0,16 persen," ucapnya. Menurut dia, BI dalam menurunkan suku bunga acuan itu terlalu bersikap hati-hati untuk menjaga agar arus modal asing yang masuk tidak segera keluar. Dengan kebijakan BI menurunkan BI Rate telah membantu perbankan mengurangi biaya dana (cost of fund), ujarnya. Mengenai relaksasi, Ia mengatakan, BI telah mengeluarkan kebijakan relaksasi aturan pemberian kredit bagi perbankan yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi intermediasi bank agar berjalan sebagaimana mestinya. "Namun relaksasi aturan pemberian kredit bisa agak tersendat, karena debitur menginginkan tingkat bunga kredit bank turun lagi, " katanya. Menurut dia, bunga kredit bank saat ini masih berkisar antara 13 hingga 14 persen yang dinilai masih tinggi, karena itu bunga kredit bank yang ideal seharusnya mencapai 12 persen. Pertumbuhan ekonomi, ia mengatakan, sebenarnya tergantung dari kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah memberikan kemudahan bagi dunia usaha seperti tingkat suku bunga yang tidak tinggi dan tersedia infrastruktur, sektor riil bisa berjalan dan perekonomian akan tumbuh dengan cepat. Di sisi lain perbankan juga akan aktif menyalurkan dananya ke masyarakat dan tidak menempatkannya di Sertifikat Bank Indonesia (SBI), katanya. Ia mengakui, suku bunga bank memang sudah turun cukup signifikan, namun permintaan kredit dari nasabah belum berkembang sebagaimana yang diharapkan. "Mereka (nasabah) masih menunggu bunga kredit bank turun lagi dan bergeraknya sektor riil," katanya. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007