Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta semua pihak membantu pemerintah dalam mempercepat pengembangan gas methana batubara (Coal Bed Methane/CBM) dan batubara sebagai salah satu sumber energi alternatif menggantikan Bahan Bakar Minyak (BBM). "Saya sudah minta Menteri Purnomo untuk segera mengembangkan CBM sebagai antisipasi terus berkurangnya cadangan minyak," kata Presiden Yudhoyono pada acara Konferensi dan Pameran Industri Migas ke-31, di Jakarta, Senin. Presiden menjelaskan, jika diversifikasi dapat dilakukan, maka Indonesia bisa kembali seperti kejayaan industri pada 1970-an, di mana sumber daya alam sebagai penunjang utama sektor industri. "Saat ini produksi minyak nasional mencapai satu juta barel per hari. Namun, jumlah tersebut tidaklah cukup tanpa adanya eksplorasi dan produksi ladang minyak yang baru," kata Presiden. Untuk itu, lanjut Yudhoyono, dibutuhkan percepatan diversifikasi penggunaan BBM dengan energi yang terbarukan seperti gas, panas bumi, bio energi, matahari, dan angin. Kepada ratusan pengusaha yang bergerak di sektor migas yang hadir pada kesempatan itu, Yudhoyono mengimbau agar mereka bersedia memberi ilmu pengetahuan dan teknologinya untuk menemukan sumber-sumber energi terbarukan. "Saat ini waktu yang tepat untuk melakukan investasi di Indonesia, selain situasi politik yang bagus, iklim investasi juga terus dibuat lebih kondusif dengan berupaya menghapus regulasi yang menghambat kemajuan dan di industri migas," ujar Presiden. Saat ini pemerintah sedang menawarkan wilayah kerja CBM dalam beberapa kelompok yaitu pada daerah terbuka, pada wilayah kerja migas, pada wilayah kerja batubara dan pada daerah singgungan antara wilayah kerja migas dan wilayah kerja batubabara. Sementara itu, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro, mengatakan bahwa pemerintah tengah mengevaluasi 20 proposal investor yang berminat mengembangkan CBM yang berada di Sumatera dan Kalimantan. "Kami berharap penandatangan kontrak bisa dilakukan tahun ini," kata Yusgiantoro. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007