Jakarta (ANTARA News) - Komisi V DPR menilai PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati) layak dilikuidasi, menyusul makin terpuruknya perusahaan ini baik dari sisi kinerja maupun tingkat kepercayaan masyarakat. "Merpati memang layak dilikuidasi," kata Ketua Komisi V DPR Achmad Muqowam saat Rapat Degar Pendapat Umum (RDPU) dengan Merpati di Jakarta, Senin. Anggota Komisi V DPR lainnya, Sumaryoto menyatakan, sebenarnya Merpati saat ini harusnya sudah tidak ada karena di atas kertas tak layak disebut perusahaan. Hal senada disampaikan anggota Komisi V DPR lainnya, Hadi Jamal. Dengan adanya kasus dugaan kerugian negara sebesar satu juta dolar AS dalam kasus wanprestasi Thirdstone Aircraft Leasing Group (TALG), Amerika Serikat, Merpati sudah habis, katanya. "Pantasnya Merpati udah innalillahi wainnailaihi rojiun," kata Hadi Jamal. Abubakar Alhabsy, anggota Komisi V DPR lainnya, mengatakan, dalam kasus itu, Merpati telah melakukan kecerobohan mendasar karena Merpati tak gunakan pakem sewa-menyewa pesawat secara profesional. "Lazimnya, maskapai cari pesawat itu harus gunakan broker profesional, sementara TALG bukan broker tetapi perusahaan pembiayaan," kata Abubakar. Karena itu, Merpati makin tak bisa dipercaya dan sulit diselamatkan. "Merpati ke depan bagusnya tak lagi bersaing di domestik, cukup di kawasan perintis saja," katanya. Dia menyebut, hingga 2006 kewajiban Merpati ke pihak ketiga Rp706 miliar. Sementara, anggota Komisi V DPR Abdullah Azwar Anas mengatakan, pihaknya menilai kemampuan lobi Merpati lemah dan cenderung ceroboh dalam kasus TALG. "Padahal, maskapai lain sejak 2005-2007 sudah mampu mendatangkan secara signifikan pesawat, sementara Merpati nihil," katanya. Merpati, kata Anas, lemah dalam penyerapan anggaran dan dana untuk sewa pesawat yang diduga bermasalah itu, ternyata bersumber dari anggaran 2005. Padahal, pemerintah telah memberi Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) awal 2006 sebesar Rp75 miliar dan akhir 2006 Rp450 miliar. "Kami juga pertanyakan, mengapa Merpati gunakan TALG karena saya memiliki info, ada pemain lain yang lebih profesional," kata Anas. Anas menegaskan, kepercayaan masyarakat terhadap Merpati sudah nihil. "Publik tak lagi percaya pada Merpati," kata Anas. Sementara itu, Dirut Merpati, Hotasi Nababan menegaskan, memasuki awal 2007, pihaknya telah melakukan banyak perubahan dan kemajuan berarti. Dukungan pemerintah berupa PMP Rp450 miliar akan digunakan untuk memperkuat sisi permodalan dan kapasitas Merpati dengan tiga program utama, yakni revitalisasi armada Rp150 miliar, restrukturisasi utang Rp180 miliar dan peningkatan produktivitas Rp120 miliar. "Targetnya pada 2007, arus kas positif dan biaya perkilometer kursi dapat diturunkan dari Rp567 menjadi Rp440-450 yang berarti Merpati telah menjadi airlines dengan platform low cost," kata Hotasi. Soal pertanyaan mengapa Merpati menggunakan TALG, Hotasi mengakui bahwa perusahaan pembiayaan TALG adalah pemain kelas dua di dunia sewa menyewa pesawat. "Kami sadari publik tak lagi percaya pada Merpati sejak kejadian TALG ini. Kami pun, sejak sebulan terakhir sudah tidak lagi mengambil keputusan strategis untuk kepentingan perusahaan," kata Hotasi. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007