Batam (ANTARA News) - Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek), Kusmayanto Kadiman, meminta kalangan pengusaha pengembang bahan bakar nabati (biofuel) mengutamakan penggunaan teknologi dan konstruksi dari lokal sehingga memberi nilai tambah lebih besar. "Pengembangan industri biofuel tidak hanya mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil dan menghasilkan energi ramah lingkungan, tapi juga komponen dalam negerinya yang besar," katanya di Kabil, Batam, Senin, usai menyaksikan pemasangan tiang pancang pembangunan pabrik biodiesel PT Bakrie Rekin Bio Energy. Ia mengatakan, kandungan dalam negeri yang besar itu tidak hanya berupa sumber bahan baku seperti minyak sawit mentah (CPO) yang ada di dalam negeri, tapi juga penggunaan konstruksi pabrik dan teknologi yang sudah dikuasai Indonesia. Menurut dia, teknologi industri biofuel sudah dikuasai sumber daya manusia di Indonesia sehingga pengembangan biofuel bisa memberi nilai tambah yang besar. Ia mencontohkan PT Bakrie-Rekin Bio Energi misalnya menggunakan 70 persen komponen lokal dalam pembangunan industri biofuel yang akan selesai Oktober 2008. Sedangkan sisanya 30 persen dari biaya investasi senilai sekitar 21 juta dolar AS di industri tersebut digunakan untuk impor komponen yang belum bisa dibuat di dalam negeri, disamping membayar lisensi penggunaan teknologi Desmet Ballestra dari Belgia dan Italia untuk proses produksi. Namun, penggunaan teknologi asing dalam proses produksi itu dinilainya wajar karena perusahaan besar biasanya tidak mau bermain-main dengan penggunaan teknologi prosesnya. "Mereka ingin menggunakan teknologi yang sudah terbukti dan punya nilai komersial yang baik," ujar Kusmayanto. PT Bakrie Rekin Bio Energy adalah industri biofuel yang merupakan usaha patungan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk dengan BUMN PT Rekayasa Industri dengan komposisi saham 70:30 persen. Pabrik biofuel tersebut ditargetkan mulai beroperasi komersial pada Oktober 2008 dengan kapasitas produksi 100 ribu ton per tahun. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007