Aparecida, Brazil (ANTARA News) - Paus Benediktus XVI mengkritik peningkatan kesenjangan antara kaya dan miskin di Amerika Latin Minggu namun mengatakan para pastor harus menjauhi politik bahkan meskipun mereka memperjuangkan keadilan sosial. Paus juga mengatakan kepada para uskup di seluruh Amerika Latin dan Karibia, agar berbuat lebih untuk menghadapi tantangan yang mengancam Gereja Katolik Roma di wilayah itu, termasuk penyeberangan jutaan pengikut ke gereja-gereja Protestan. Ia berbicara pada hari terakhir kunjungannya ke Brazil, di mana ia mencoba untuk menghidupkan kembali pengaruh Gereja yang menurun di benua dimana para pastor berada di sisi para penjelajah Spanyol dan Portugis pertama lima abad yang lalu. Pada awalnya, sekitar 150.000 pengikut setia berkumpul di luar Basilika Our Lady of Aparecida yang besar di kota tempat suci untuk mendengarkan Paus menyampaikan missa tradisionalnya. Hadirin, namun, jauh kurang dari 500.000 orang yang diperkirakan oleh para pejabat Gereja -- suatu indikasi masa sulit yang dihadapi di negara Katolik terbesar di dunia. Pidato Paus kepada para uskup yang hadir dalam konferensi di sini dua minggu mendatang sangat dinanti sebagai pertanda bagi Gereja di Amerika Latin, tempat tinggal hampir separuh dari 1,1 miliar orang Katolik di dunia. "Bangsa Amerika Latin dan Karibia mempunyai hak untuk hidup seutuhnya, layak bagi anak-anak Tuhan, menurut kondisi yang manusiawi, bebas dari ancaman kelaparan dan dari setiap bentuk kekerasan," Paus mengatakan. Ia mengatakan kesenjangan antara kaya dan miskin semakin memburuk, menyebabkan hilangnya martabat lewat obat-obatan terlarang, alkohol "dan ilusi kebahagian yang menipu". Komitmen Paus bagi kaum miskin kemungkinan akan disambut oleh para pastor yang bekerja di daerah kumuh terkenal Amerika Latin. Banyak yang memandang dia sebagai seorang figur konservatif yang lebih berkepentingan menerapkan doktrin garis-keras dan mengingat dia karena memimpin penumpasan Vatikan terhadap gerakan Teologi Pembebasan terhadap para pastor sayap-kiri pada 1980-an. Ia memperingatkan kembali Minggu bahwa karya pastoral dan politik tidak berbaur. "Kapitalisme dan Marxisme menjanjikan akan menunjukkan jalan kepada penciptaan struktur yang adil ... dan janji ideologis ini telah terbukti menipu." Paus juga menawarkan suatu pandangan tentang sejarah Gereja di Amerika Latin yang mungkin terbukti kontroversial. Ia mengatakan, bangsa pribumi telah menyambut kedatangan para pastor Eropa, karena mereka "secara diam-diam merindukan" akan iman Kristiani, dan dengan menerimanya itu sudah menyucikan mereka. Banyak kelompok hak asasi Indian yakin penaklukan membawa mereka perbudakan dan pembunuhan. Di seluruh kunjungannya ke Brazil, Paus meminta supaya orang kembali lagi ke nilai-nilai keluarga yang tegas dan membuang promiskuitas. Ia menekankan tentangan keras terhadap aborsi dan keluarga berencana. Pesan tersebut mendapat sambutan beragam di sebuah negara yang terkenal karena sikap antusiasnya terhadap seks dan dimana perjuangan untuk hidup sehari-hari merupakan keprihatinan utama bagi banyak keluarga. Tetapi dalam kerumunan yang terentang di depan basilika itu untuk missa pagi, disana ada persetujuan. "Ini adalah berkat. Ia berbicara kepada kaum muda dan ia memperkuat kembali nilai-nilai keluarga. Itu begitu penting," kata Nathalia Dos Reis, seorang tukang kebersihan yang menghadiri missa Minggu itu. Konferensi para uskup tersebut akan berjuang mengatasi masalah yang mencakup mulai dari kekurangan pastor hingga miningkatnya daya tarik kelompok-kelompok Protestan. Mereka juga akan memetakan prioritas bagi karya misioner dan aksi sosial di wilayah yang dirusak kemiskinan, korupsi, lalu lintas obat-obatan terlarang dan kekerasan. Sementara itu, Gereja Amerika Latin telah menjadi lebih konservatif sejak 1980-an, beberapa masih mempertahankan Teologi Pembebasan dan mengatakan para pastor harus lebih bertindak untuk membantu kaum miskin. "Hak akan kebebasan ada dalam Injil," Uskup Erwin Krautler dari negara bagian Para Amazon Brazil mengatakan kepada Reuters. "Kita sering lupa bahwa kaum miskin dan tak punya tanah mempunyai hak untuk hidup bermartabat." (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007