"Agama Islam diletakkan di atas budaya masyarakat, misalnya Sunan Kudus terkenal membawa sapi ketika berdakwah, itu memberikan gambaran bahwa saat itu masyarakat Hindu sangat menghormati sapi
Banjarnegara (ANTARA News) - Ketua Umum DPP PPP Romahurmuziy mengatakan partainya didirikan berdasarkan pemikiran atau ijtihad organisasi kemasyarakatan Islam seperti Nahdlatul Ulama, Syarikat Islam, Muslimin Indonesia, dan Tarbiyah Islamiyah sehingga para kadernya sebaikanya kembali secara kultural kepada ormas yang membentuknya.

"Kita tidak bisa melupakan awal terbentuknya PPP yaitu sejarah pendirian PPP salah satunya oleh Syarikat Islam. Karena itu, kader PPP kembalilah secara kultural kepada ormas yang membentuk untuk menangkap pendirian," kata Romahurmuziy dalam silaturahmi dengan DPC Syarikat Islam Kabupaten Banjarnegara, Sabtu.

Romi mengatakan latar belakang pendirian PPP berbeda dari partai-partai politik berbasis massa Islam yang didirikan pascareformasi yaitu didirikan oleh tokoh ormas, bukan ijtihad ormas Islam seperti yang membentuk PPP.

Dia mengatakan beberapa ormas Islam bergabung mendirikan PPP sehingga partainya secara historis meneruskan estafet perjuangan partai Islam.

"Ormas Islam bergabung dalam PPP dalam aktivitas politiknya lalu terkait kegiatan di luar politik, kewenangan keormasan dipegang masing-masing ormas," kata Romi.

Dia menjelaskan sejarah berdirinya PPP menjadi penting dalam mengingatkan kembali tujuan menegakkan agama Islam di Indonesia karena menegakkan syariah di Indonesia berbeda dari negara muslim lain karena kebiasaan masyarakat bisa menjadi sumber hukum.

"Agama Islam diletakkan di atas budaya masyarakat, misalnya Sunan Kudus terkenal membawa sapi ketika berdakwah, itu memberikan gambaran bahwa saat itu masyarakat Hindu sangat menghormati sapi," kata Romi.

Romahurmuziy melakukan rangkaian safari politik di beberapa tempat di Jawa Tengah pada Sabtu-Senin (6-8 Mei) 2017. Daerah-daerah itu adalah Surakarta, Banjarnegara, Purbalingga, dan Purwokerto.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017