Tokyo (ANTARA News) - Negara-negara di Asia dan Eropa sepakat untuk meningkatkan kerjasama anti terorisme melalui pendekatan yang menyeluruh, termasuk meningkatkan dialog antar agama, antar budaya, juga antar peradaban, termasuk di dalamnya dialog antara media dalam upaya menanggulangi ancaman terorisme Demikian kesimpulan yang tercapai dalam Chairman,s Summary dari The Fifth ASEM (Asian-European Meeting) Conference on Counter Terrorism yang berakhir Rabu di Tokyo. Poin tersebut merupakan usulan dari delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Wakil Kepala Perwakilan KBRI Tokyo, Iwan Wiranata-atmadja, yang menekankan betapa pentingnya peningkatan dialog tersebut guna mencari penyelesaian yang komprehensif dalam penanggulangunan ancaman terorisme. Usulan lainnya yang juga diterima menjadi salah satu bagian dari Chairman`s Summary pada konferensi internasional anti terorisme itu adalah mempererat kerjasama teknis dan peningkatan kapasitas di antara sesama anggota ASEM Conference on Counter Terrorisme. Dokumen Chairman`s Summary berisi delapan poin penting yang kemudian menjadi acuan bagi peningkatan kerjasama Negara-negara Asia dan Eropa guna mengimplementasikan komitmen regional yang kuat dan terus menerus dalam menanggulangi ancaman terorisme. Penangaan komprehensi dalam melawan terorisme dilakukan juga dengan peningkatan tukar menukar informasi, sekaligus memperkuat control di perbatasan, serta memonitor secara intensif aliran dana teroris. Termasuk juga pengawasan terhahadap penggunaan jaringan media dan internet oleh kelompok teroris. Dalam hal ini, Indonesia memang memberi perhatian yang besar terhadap peran media, yang bisa saja memperkeruh situasi yang sedang dihadapi dalam menanggulangi ancaman terorisme. Hal lainnya adalah memperkuat kerjasama komunitas internasional, baik di antara kawasan juga di dalam kawsan itu sendiri. Termasuk yang menyangkut bidang politik, ekonomi, hkum dan saluran diplomatik. Dalam upaya menghasilkan konvensi internasional soal terorisme, dokumen itu juga mengadopsi konvensi negra-negara Asean di bidang yang sama sebagai suatu upaya yang menguatkan dalam pembentukan kerangka hukum penanganan terorisme. Tidak kalah pentingnya meningkatkan partisipasi publik dalam menolak ideologi yang dibawa kelompok teroris sebagai bagian dari upaya menangkal radikalisme. Isu kawasan Delegasi Indonesia pada pertemuan itu juga memaparkan tentang ancaman terorisme di Asia yang tetap menjadi isu serius di kawasan Asia. Beberapa pelaku teror di Indonesia bahkan terkait dengan Jamaah Islamiyah atau kelompok teroris lainnya di Asia Tenggara. "Laporan intelijen mengindikasikan bahwa teroris masih melanjutkan serangannya,"kata Iwan Wiranata-atmadja. Meskipun demikian, ujarnya, belum ada bukti-bukti yang kuat bahan-bahan kimia dan biologi, radiology dan nuklir berada ditangan teroris di Indonesia. Dipaparkan bahwa strategi regional dalam menanggulangi ancaman terorisme memerlukan penguatan dalam infrastruktur hukum, peningkatan penegakkan hukum bersama di kawasan serta meningkatkan pertukaran informasi dan intelijen. Termasuk mempercepat pembangunan database yang kuat di kalangan polisi Asean (Aseanapol). "Namun demikian, menurut laporan intelijen yang dapat dipercaya, saat ini tidak ada lagi keterkaitan komando antara Al-qaida dan kelompok teroris di kawasan kami," ujarnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007