Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengatakan dalam diplomasi internasional saat ini, negara yang diperhitungkan adalah yang memiliki kemampuan ekonomi. "Tanpa kekuatan ekonomi tentu kita dihitung, tapi tidak diperhitungkan lebih banyak dari kemampuannya," kata Wapres M Jusuf Kalla selaku ketua Umum DPP Partai Golkar saat membuka Rakernas Hubungan Luar Negeri DPP Golkar di Jakarta, Minggu malam. Menurut Jusuf Kalla, dalam dinamika perkembangan dunia, bermacam-macam hal sangat tergantung pada situasi dan massanya. Di era tahun 50-an, kata Wapres, diplomasi sangat dipengaruhi oleh idiologi suasana perang dingin, blok Timur-Barat sehingga dunia terbagi secara idiologis seperti itu. Namun, pada saat itu, tambahnya bangsa Indonesia tetap dalam kerangka politik luar negeri bebas aktif, walaupun sangat tergantung situasinya. Jaman Presiden Soekarno, Wapres mencontohkan, politik bebas aktif dilakukan namun dengan poros Rusia dan sebagainya. "Sekarang ini hubungan diplomasi lebih berat ke ekonomi. Titik beratnya ke masalah ekonomi, sebagai akibatnya kalau dulu negara yang berpengaruh itu karena kekuatan senjatanya, sekarang karena kekuatan ekonominya," kata Wapres. Meskipun demikian, harus diakui bahwa kekuatan ekonomi juga bisa sekaligus memiliki kekuatan senjata, oleh karena itu diplomasi dan ekonomi tidak bisa dipisahkan, tambahnya. "Jadi kita harus meningkatkan kebangsaan kita dengan cara meningkatkan ekonomi, dan dengan itu kita akan tingkatkan peranan kita di dunia internasional," kata Wapres. Wapres mengingatkan bahwa yang paling penting harus dibenahi adalah situasi internal agar bisa maju dan mempunyai kemampuan yang lebih baik.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007