Jakarta (ANTARA News) - Sekitar 80 guru SD di pinggiran Sungai Citarum, Purwakarta, Jabar, hari Minggu datang ke Jakarta dan mendapat jamuan khusus setelah dengan susah payah berhasil menyelesaikan pendidikan guru SD (D2) bagi perbaikan nasib mereka. Dengan urunan menyewa dua bus, para Guru Bantu Sekolah (GBS) itu setibanya di ibukota langsung berkumpul di Jalan Proklamasi 37, rumah Almarhumah Prof. Miriam Budiardjo, yang kini hanya ditinggali anak tunggalnya, Gita, dan menantunya, Imam Prasodjo, dan menjadi kantor Yayasan Nurani Dunia dan Yayasan Cahaya Guru. Menurut Imam, ketua Yayasan Nurani Dunia, pada awalnya para guru tersebut hanya datang untuk bersilaturahmi dengan para pengurus yayasan yang pernah mengunjungi mereka, sebelum berfoto bersama di depan Istana Negara dengan toga kebanggaan mereka. Namun, para pengurus Yayasan Nurani Dunia dan Yayasan Cahaya Guru rupanya memiliki gagasan lain. "Bukankah 20 Mei 2007, saat para guru datang, tepat Hari Kebangkitan Nasional? Sadar atau tidak, bukankah para guru ini sebenarnya tengah menghembuskan semangat kebangkitan hakiki, yang kini harinya tengah kita diperingati?," kata Imam kepada ANTARA News. Atas dasar pemikiran itulah, Yayasan Nurani Dunia dan Yayasan Cahaya Guru akhirnya menyambut kedatangan mereka secara khusus, dengan beberapa persiapan sejak beberapa hari lalu. Difasilitasi kedua yayasan itu, dan dibantu beberapa pihak yang peduli terhadap masalah pendidikan, para guru tersebut akhirnya bisa nonton film Nagabonar 2 di Planet Hollywood, di samping berdialog langsung dengan pemeran utamanya, Deddy Mizwar. "Hari ini mereka datang ke Jakarta untuk bersyukur karena satu tahap keprihatinan dalam hidup mereka, yaitu mengajar sambil kuliah, telah berhasil diselesaikan. Berikutnya, insya Allah, dengan modal ijazah D2, tekad menjadi tenaga pendidik akan dilanjutkan," kata Imam Prasojo menceritakan latar belakang penyambutan itu. Imam yang juga dikenal sebagai sosiolog dan pengamat sosial itu berpendapat para guru tersebut telah menunjukkan semangat kebangkitan sejati karena di tengah keterpencilan dan kesederhanaan di tepi sungai Citarum, mereka terbukti berhasil mentransformasikan hidup dari yang sering membawa keputus-asaan, menjadi hidup penuh harapan. "Di hari Kebangkitan Nasional yang kita peringati, para guru ini benar-benar telah menciptakan harapan di tengah kesulitan hidup yang menghimpit mereka, sementara banyak dari kita di kota, yang hidup gemerlap dengan kemewahan, tak henti memproduksi keluhan dan umpatan," katanya. Pada silaturahmi di Jl. Proklamasi 37 itu, yayasan yang dipimpin Imam juga benghimpun dana Rp. 114.300.000 sumbangan dari lembaga konsultan hukum Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro (ABNR) Counsellor at Law untuk membangun kembali SDN Negeri 02 Pasanggrahan, tempat sebagian para guru itu mengajar, yang roboh baru-baru ini. Para guru tersebut selama hampir 3 tahun ini hanya bergaji Rp460.000 per bulan untuk hidup, yang sekarang telah dinaikkan oleh pemerintah menjadi Rp710.000. Sebagian dari gaji itulah yang selama ini mereka sisihkan untuk menyelesaikan pendidikan D2 di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007