Yangon/Sanlan, Myanmar (ANTARA News) - Myanmar mengkremasi sepuluh dari 31 jasad yang diselamatkan dari perairan di lepas pantai di bagian selatan negara itu sementara pencarian sebuah pesawat angkut militer dengan 122 orang di dalamnya yang hilang di sekitar Laut Andaman memasuki hari ketiga.

Delapan kapal angkatan laut dan sistem sonar bergabung dalam pencarian korban keecelakaan Rabu, bersama dengan 20 kapal sipil, kendati perairan di sekitar laut itu tak bersahabat, kata militer.

Lebih 100 keluarga dan rekan dari korban berkumpul di satu tempat pemakaman di Dawei, kota di pesisir bagian selatan Myanmar, beberapa terisak dan yang lainnya berdoa, bagi para korban yang teridentifikasi dikremasi saat hujan turun pada siang hari.

"Apa yang kami temukan ialah cucu perempuan kami. Jasad ayah dan ibunya belum ditemukan," kata Ma Myat Thaw May, salah seorang yang berkabung. Suaranya bergetar saat dia bicara tentang cucunya yang berusia 7 bulan.

Sejumlah tentara menunggu dalam keadaan siaga untuk membantu jika ada lagi jasad yang perlu dibawa ke darat di desa nelayan Sanlan, sekitar 600 km dari Yangon, kota terbesar di Myanmar.

Sebanyak 23 orang dewasa dan delapan anak-anak telah diselamatkan dari Laut Andaman sejak Rabu, kata militer di halaman resmi facebooknya.

"Kami belum menerima informasi tentang korban selamat," kata Phyu Phyu Win, pejabat pertolongan dan kesejahteraan sosial regional. "Kami berharap ada yang masih hidup."

Para prajurit, anggota keluarga dan awak pesawat berada dalam penerbangan mingguan dari beberapa kota di pesisir menuju Yangon ketika pesawat itu hilang.

Pesawat angkut Y-8-200F buatan China kehilangan kontak 29 menit setelah tinggal landas ketika berada di ketinggian 18.000 kaki, sekitar 70 km sebelah barat Dawei, kata militer.

Sebuah roda pesawat, dua pelampung dan beberapa tas dengan pakaian - yang diyakini berasal dari peswat yang hilang itu - ditemukan pada Kamis. Tumpahan minyak juga terlihat, kata militer.

Sebab-sebab kecelakaan masih harus dikonfirmasi.

China National Aero-Technology Import & Export, perusahaan negara dan pembuat pesawat itu mengatakan akan membantu pihak berwenang Myanmar menyelidiki kecelakaan tersebut, demikian Reuters.

(M016)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017