Jakarta (ANTARA News) - Juru bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal mengatakan Perdana Menteri Lebanon Fuad Siniora telah memutuskan untuk menunda kunjungan kenegarannya ke Indonesia yang dijadwalkan 24-25 Mei 2007 karena alasan perkembangan situasi di dalam negeri Lebanon. "Sekitar pukul 16.00 WIB, kami mendapat informasi resmi dari Dubes Lebanon di Jakarta (mengenai penundaan itu)," kata Dino dalam keterangan persnya di kantornya Binagraha Jakarta< Selasa. Dengan demikian, lanjutnya, kunjungan PM Siniora ke Indonesia, Malaysia, dan Jepang ditunda hingga waktu yang belum ditentukan. "Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memahami keputusan PM Siniora tersebut karena dalam tiga hari terakhir Presiden memantau perkembangan yang terjadi di Lebanon, yang ditandai dengan pecahnya kekerasan," ujarnya. Sebelumnya, kata Dino, pemerintah Indonesia terus mengecek kepastian kunjungan PM Siniora namun informasi terakhir mengenai penundaan itu baru diperoleh hari Selasa 22/5). Batas waktu penundaan tersebut belum dipastikan namun menurut Dino, pihak PM Siniora masih tetap memiliki keinginan untuk berkunjung ke Indonesia sehingga mencari waktu yang sesuai. Presiden Yudhoyono, menurut Dino, mengharapkan situasi kekerasan yang terjadi di Lebanon tidak berlanjut karena bisa menciptakan gelombang kekerasan yang lain. "Indonesia berharap pemerintah Lebanon dapat mengatasi situasi di sana," katanya. Sebelumnya menurut Dino, ada kepala desa di Lebanon yang menjadi tempat kontingan pasukan perdamaian Indonesia menyampaikan surat kepada pemerintah RI yang berisi ucapan terima kasih dan pujian yang sangat tinggi terhadap peran pasukan Garuda XXIII A dari Indonesia. "Mereka juga menghargai upaya yang dilakukan pemerintah dan bangsa Indonesia terhadap masalah di Lebanon," katanya. Sementara itu Menlu Hassan Wirajuda pada kesempatan sebelumnya mengatakan bahwa dalam pertemuan antara kedua kepal anegara akan dibahas mengenai hubungan bilateral antara Indonesia dengan Lebanon. Selain itu, tambahnya, kunjungan itu juga merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk mendengarkan dari tangan pertama mengenai informasi tentang perkembangan di Lebanon sekarang ini. "Khususnya mengenai masalah yang berkaitan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB tahun lalu mengenai pemulihan kondisi Lebanon dari situasi konflik bersenjata," ujarnya. Oleh karena itu, ujar dia, perlu ada langkah-langkah yang perlu diteruskan dalam melaksanakan keseluruhan aspek resolusi, mulai dari penghentian permusuhan, penggelaran pasukan perdamaian, apalagi TNI ikut berpartisipasi melalui kontingen Garuda -nya . Juga perlu dipastikan, tambahnya, tidak ada lagi pelanggaran wilayah Lebanon oleh Israel. Sementara itu, sedikitnya 20 kelompok Islam, 32 tentara Lebanon dan 27 warga sipil telah tewas sejak terjadi peperangan antara pasukan Lebanon dan para pejuang Fatah Al-Islam yang pecah sejak Minggu dinihari, yang menjadikan kekerasan internal Lebanon terburuk sejak berakhirnya perang saudara (1975-1990).(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007