Cianjur (ANTARA News) - Sumiati (20) warga Kampung Warungmangga Desa Bojong Kecamatan Karangtengah Cianjur, Jabar, terpaksa harus rela mengalami patah tulang serius pada bagian kaki dan punggungnya demi membela kehormatannya saat hendak diperkosa oleh majikannya di Arab Saudi. Keterangan yang berhasil dihimpun ANTARA News, Selasa, di Cianjur, menyebutkan akibat loncat dari lantai paling atas rumah majikannya saat bekerja menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Jeddah, Arab Saudi itu, ia sempat dirawat di salah satu rumah sakit di Jeddah hingga satu bulan sebelum akhirnya dipulangkan dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumiati yang berangkat melalui PJTKI PT Alhijaz Indijaya yang beralamat di Jalan Condet Raya Jakarta Timur sekitar dua tahun yang lalu itu hanya bisa pasrah. Terlebih gajinya selama hampir 11 bulan tidak diterimanya dengan alasan dipotonhg untuk biaya rumah sakit. "Saya hanya berharap pemerintah tidak melihat sebelah mata terhadap nasib para TKW seperti kami, selama ini perlindungan pemerintah terhadap orang seperti kami saat bekerja di luar negeri sangat minim," kata Sumiati saat ditemui, Selasa. Dijelaskannya, saat bekerja menjadi TKW, baru beberapa bulan saja ia sering sekali diperlakukan tak senonoh oleh majikannya. Puncaknya, ketika istri dan anak majikannya sedang tak berada di rumah. Sang majikan mencoba merayunya dan mencoba memperkosanya. "Demi kehormatan, saya nekat melompat dari lantai tiga meskipun akibatnya punggung dan kaki saya harus patah seperti saat ini," sambungnya. Menurut dia, karena khawatir terjadi sesuatu pada dirinya, melalui sebuah asuransi TKI, PT Paramitra, Kamis (17/5) lalu ia dipulangkan ke Tanah Air. Setibanya di Jakarta, ia langsung dirawat di RS Dr Sukamto sebelum akhirnya dipulangkan ke kampung halamannya oleh salah satu lembaga swadya masyarakat yang menangani masalah kepulangan TKI bermasalah. "Saat ini saya merasakan nyeri yang teramat sangat terutama pada beberapa bagian tubuh yang dipasang pen. Kaki dan punggung saya terasa linu kalau digerakkan sedikit saja sebab pen yang dipasang belum dibuka karena belum ada biaya," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007