Tokyo (ANTARA News) - Wapres Jusuf Kalla menegaskan kepada Menlu Jepang Taro Aso bahwa Indonesia tetap akan mementingkan kebutuhan energi dalam negeri ketimbang melakukan ekspor, termasuk mengurangi pasokan gas ke negara Matahari Terbit. "Kita akan mempunyai kelebihan untuk ekspor apabila Jepang juga sangat concern dan turut serta dalam ekplorasi di Indonesia dan juga bagaimana membantu konversi energi di Indonesia," kata Wapres usai mengadakan pertemuan dengan Taro Aso di Hotel Imperial, Tokyo, Kamis. Ketua Umum Partai Golkar itu juga memastikan bahwa Indonesia membutuhkan konversi energi dan bila Jepang turut serta membantu, maka akan terdapat kelebihan energi yang selanjutnya bisa diekspor ke Jepang. Menjawab pertanyaan wartawan soal reaksi Jepang, Wapres mengatakan bahwa respon yang diberikan cukup positif. Jepang kemudian akan menindaklanjutinya dengan memberitahu Kementrian Perdagangan dan Industri Jepang (METI-Ministry Economic Trade and Industry) untuk mengambil langkah-langkah yang lebih lanjut. "Oh iya mereka sangat membantu dan akan minta menteri METI untuk membantu memfasilitasi. Karena Indonesia tetap memegang prinsip domestic first," katanya. Sebagian kontrak jangka panjang penjualan gas Indonesia ke Jepang akan berakhir 2011. Dan sejak jauh hari Jepang ingin memperbaharui kontrak tersebut guna menjamin kelangsungan pasokan gasnya untuk menghidupi kebutuhan industri Negara tersebut Indonesia sendiri baru bisa mempunyai kelebihan pasokan gas setelah 2013, dengan selesianya beberapa proyek yang kini masih dalam konstruksi. Penambahan pasokan gas berasal dari Blok Natuna, lapanghan Chevron di Selat Makassar dan juga di Tangguh serta Cepu. Menyinggung soal pemotongan pasokan gas, Wapres mengelak dengan mengatakan belum berbicara soal angka dalam pertemuan tersebut. Lebih jauh Wapres juga memberitahu Menlu Jepang bahwa Indonesia memiliki kedekatan hubungan dengan Korea Utara dan menyampaikan kesedian Indonesia untuk memfasilitasi persoalan konflik yang melanda kedua negara. Mengenai soal perundingan ekonomi dalam format EPA (Economic Partenership Agreement), Jusuf Kalla mengatakan, sudah memperoleh sinyal untuk bisa diselesaikan pada pertengahan Juni mendatang. Dirinya sendiri telah mendorong untuk cepat diselesaikan dengan memberikan jalan tengah, yakni persoalan yang masih tersisa, yaitu soal kerjasama peningkatan kapasitas (masih alot) cukup diselesaikan dengan mempertahankan prinsipnya tetapi tidak perlu detail. "Saya bilang supaya itu tetap ada perincian-perincian tetapi tidak perlu detail. Pokoknya pada akhir bulan Juni sudah bisa selesai dan mudah-mudahan selesai, karena ada kemauan kedua belah pihak untuk menyelesaikannya," ujarnya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007