Dubai (ANTARA News) - Kelompok kampanye hak asasi manusia (HAM) pada Kamis (13/7) menyambut reformasi yang dijalankan Arab Saudi guna memungkinkan perempuan berpartisipasi dalam olahraga di sekolah-sekolah negeri di kerajaan ultrakonservatif itu.

Kementerian Pendidikan Arab Saudi pada Selasa menyatakan sekolah negeri khusus putri akan memberikan pendidikan jasmani mulai tahun ajaran berikutnya dengan menyediakan fasilitas untuk kegiatan olahraga mereka.

"Reformasi yang terlambat dilakukan ini sangat penting bagi anak-anak perempuan Saudi, yang tidak mendapatkan hak untuk sehat melalui olahraga, bergabung dengan tim dan merasakan manfaat jangka panjang olahraga bagi kesehatan, ekonomi dan pendidikan," kata Minky Worden dari Human Rights Watch.

"Kemajuan penting ini dapat meningkatkan pemenuhan hak asasi manusia dan kesehatan perempuan meskipun masih ada rintangan hukum yang meresahkan di negara ini."

Arab Saudi memiliki beberapa pembatasan paling ketat di dunia terhadap perempuan dan merupakan satu-satunya negara yang tidak mengizinkan perempuan menyetir.

Berdasarkan sistem perwalian negara itu, anggota keluarga laki-laki -- biasanya ayah, suami atau saudara laki-laki -- harus memberikan izin kepada perempuan untuk sekolah, bepergian dan melakukan berbagai kegiatan lainnya.

Dan perempuan secara efektif dilarang di arena olahraga dengan aturan ketat tentang pemisahan pria dan perempuan di depan umum.

Kementerian Pendidikan mengatakan pengenalan mata pelajaran olahraga di sekolah khusus putri dilakukan sebagai bagian dari rencana "Vision 2030" kerajaan untuk reformasi ekonomi dan sosial.

Tahun lalu, Arab Saudi menunjuk seorang putri untuk mengawasi olahraga bagi perempuan di kerajaan itu.

Arab Saudi diwakili oleh empat atlet perempuan di Olimpiade 2016 Olympics, naik dari hanya dua pada 2012.

Satu sekolah negeri Arab Saudi untuk pertama kali memperkenalkan olahraga bagi perempuan pada 2014, setelah dewan konsultatif merekomendasikan larangan perempuan berolahraga dihapuskan, demikian menurut warta kantor berita AFP.(mr)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017