Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat (AS), George W. Bush, pada Rabu mengangkat mantan diplomat dan ketua perdagangan, Robert Zoellick, untuk memimpin Bank Dunia setelah skandal pilih-kasih yang memaksa Paul Wolfowitz mengundurkan diri. Dengan mengangkat Zoellick, seorang "pemecah masalah", seperti konflik perdagangan global hingga konflik bersenjata di Darfur (Sudan), Bush mencari yang akhirnya mengatasi kehebohan yang menyebabkan Bank Dunia "guncang" selama beberapa pekan. Dewan gubernur Bank Dunia yang beranggota 24 orang itu harus menyetujui pencalonan tersebut. Wolfowitz telah setuju mundur pada 30 Juni 2007 untuk mengakhiri skandal paket pembayaran dan promosi yang dia atur untuk teman wanitanya, seorang pegawai bank. Pencalonan Zoellick dapat meningkatkan keheranan diantara negara-negara Eropa yang kecewa dengan pencalonan Bush pada tahun 2005 atas Wolfowitz, seorang mantan Wakil Menteri Pertahanan dan arsitek perang Irak. Sementara itu, Zoellick juga dikenal sebagai pendukung aksi militer untuk menggulingkan Presiden Irak, Saddam Hussein, sedangkan Prancis dan Jerman yang menentang keras invasi yang dipimpin AS ke Irak pada 2003, menyambut baik pilihan Bush itu untuk menggantikan Wolfowitz. "Zoellick tentu pria yang tepat pada pekerjaan itu," kata Menteri Luar Negeri Prancis, Bernard Kouchner, Rabu, seperti dikutip AFP. Tetapi, Kouchner menambahkan, Zoellick harus memdapatkan kembali kepercayaan masyarakat internasional setelah skandal pilih-kasih tersebut. "Ia harus membangun atau agaknya membangun kembali kepercayaan di lembaga ini karena itu merupakan sisi gelap dalam kehidupan Wolfowitz," katanya kepada para wartawan sebelum pertemuan menteri luar negeri Kelompok Delapan (G-8) negara-negara industri di Jerman. Seorang pejabat senior dalam pemerintahan Bush mengatakan, pilihan atas Zoellick diterima secara baik oleh negara-negara yang dirundingkan oleh Menteri Keuangan AS, Henry Paulson, yang memimpin pencari pengganti Wolfowitz. Pejabat itu, yang meminta tidak disebutkan namanya, menolak untuk menyebut negara-negara tersebut. "Pengalaman Bob Zoellick dan kariirnya yang panjang dalam perdagangan internasional, keuangan dan dilomasi menjadikannya unik dipersiapkan untuk menghadapi tantangan ini," kata pejabat tersebut. "Ia mempunyai kepercayaan dan penghormatan dari para pejabat di seluruh dunia dan keyakinan yang dalam pada misi pengentasan kemiskinan Bank Dunia," ujarnya. "Kami telah menerima reaksi yang positif -- dan kami kira cukup -- bagi dia untuk menjadi presiden Bank Dunia," kata pejabat tersebut. "Kami sangat yakin tentang itu." Menurut tradisi, AS sebagai penyumbang terbesar mengangkat pemimpin bank multilateral tersebut. Negara-negara Eropa memilih kepala lembaga anggotanya, Dana Moneter Internasional. Setelah pencalonan mendatang Zoellick dinyatakan oleh Presiden Bush, Selasa, badan Bank Dunia itu mengeluarkan pernyataan yang menegaskan kualitas "utama" bagi pemimpin mendatang Bank Dunia tersebut. Badan itu mengatakan, presiden berikut bank ini seharusnya mempunyai "rekor kepemimpinan yang teruji," "pengalaman yang luas dalam manajemen, organisasi internasional," "komitmen yang kuat terhadap pembangunan," "komitmen dan penghormatan terhadap kerjasama multilateral, dan objektivitas politik serta independen." Zoellick (53) meninggalkan jabatan nomor dua Departemen Luar Negeri AS pada Juni 2006 untuk bergabung dengan perusahaan Wall Street, Goldman Sachs setelah memperoleh nama baik dalam perdagangan internasional dunia dan hubungan yang sensitif dengan Cina. Ia menjadi wakil Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice pada Februari 2005, setelah bertugas selama empat tahun sebagai Wakil Perdagangan. Sebagai Wakil Menlu, salah satu dari keprihatinan utamanya adalah krisis kemanusiaan di Darfur. Zoellick pergi beberapa kali ke Sudan untuk mewujudkan persetujuan perdamaian antara pemerintah dan kelompok pemberontak utama, Tentara Pembebasan Sudan. Sebelum berpindah ke Departemen Luar Negeri, Zoellick memainkan perananan penting dalam pembicaraan yang memasukkan Cina dan Taiwan ke Organisasi Perdagangan Dunia, dan membantu persetujuan perdagangan bebas dengan Singapura, Cile, Australia dan Maroko. Ia juga merupakan kekuatan pendorong di belakang perundingan perdagangan dengan lima negara Amerika Tengah dan Republik Dominika, dan juga Bahrain, Jordania, Vietnam dan banyak negara lainnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007