Magelang (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak semua umat Budha menjadikan peringatan Waisak sebagai momentum melakukan refleksi dan instrospeksi diri dengan mengambil nilai dan perilaku Sang Budha Gautama. "Nilai-nilai yang terkandung dalam perilaku Buddha Gautama yang penuh kesejukan dan kedamaian tentu akan dapat meningkatkan toleransi antara umat beragama," kata Presiden Yudhoyono, pada perayaan "Waisak Bersama 2551 Tahun 2007" yang diikuti perwakilan enam negara, di Candi Borobudur, Magelang, Jumat malam. Menurut Presiden, jika toleransi di antara umat beragama telah terjalin dengan baik tidak akan ada konflik dan permusuhan antara umat beragama, dan kehidupan bersama akan berjalan rukun damai dan penuh sikap hormat menghormati. Khusus bagi penganut Buddha, peringatan hari suci Waisak diharapkan dapat menjadi momentum untuk mengenang dan menghayati kembali sejarah perjuangan Sidhdarta Gautama dalam mencapai tingkat kesempurnaan hidup. "Perjalanan pendakian spriritual Siddharta Gautama hingga mencapai pencerahan sejati tentulah tidak mudah, namun berkat keteguhan dan tekat yang kuat untuk menemukan pembebasan belenggu kehidupan manusia beliau mampu melampaui berbagai tantangan kehidupan itu," ujar Presiden. Presiden menjelaskan, yang bisa dipetik dan untuk dijadikan tauladan bersama adalah keteguhan dan tekad dalam sebuah perjuangan. "Sebuah sikap hidup yang mudah-mudahan dapat menjadi sumber motivasi bagi umat Buddha khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya dalam mengatasi persoalan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan dewasa ini," kata Kepala Negara. Kehidupan teduh dan harmonis seperti itu, diutarakan Presiden, akan menyumbang terwujudnya ketenteraman dan keteduhan di tanah air yang akhirnya akan menyumbang bagi terciptanya perdamaian dunia. "Untuk itu marilah kita sejenak melakukan perenungan agar hati dan pikiran kita disasarkan ke arah yang benar, arah menuju kehidupan bangsa yang aman damai, harmonis, stabil, serta adil dan demokratis penuh toleransi dan ketenggangrasaan," kata Presiden. Ditambahkan Yudhoyono, di setiap kesempatan dirinya menyampaikan bahwa tidak ada jalan yang lunak untuk mencapai tujuan yang besar dan mulia. "Membangun negeri menuju masyarakat yang maju dan sejahtera tidak semudah membalik telapak tangan, terlebih negara kita baru saja dilanda krisis nasional memerlukan persatuan kebersaaman dan kerja keras untuk membangunnya kembali," tegas Presiden. Upaya bersama dan kerja keras inipun harus terus dilakukan tanpa henti dengan penuh kesabaran dan keteguhan. "Kita harus mencontoh pejalanan bangsa lain yang telah berhasil membangun negerinya karena mampu bersatu melangkah bersama dan bekerja keras, sebagai mana yang ditunjukkan dan ditetapkan oleh Sang Buddha, bahwa keteguhan dan tekad adalah pilar utama dalam keberhasilan bangsa membangun hari esok yang lebih baik," kata Presiden. Pada perayaan Waisak yang diikuti enam negara itu, juga dipentaskan lakon dan tari tentang perjalanan hidup sang Buddha. Kolaborasi tari oleh enam negara yaitu Indonesia, Thailand, Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam dibagi menjadi enam episode yang akan dipentaskan oleh masing-masing negara. Presiden yang didampingi Ibu Ani Yudhoyono serta Menteri Agama Maftuh Basyuni, Menteri Pariwisata Jero Wacik, Ketua Umum Walubi sekaligus Ketua Panitia Hari Suci Waisak 2551 Tahun 2007, menyempatkan diri menyaksikan pentas bertajuk "Imaging Buddha" itu. "Perayaan Waisak sekarang ini terasa sangat istimewa dengan hadirnya penganut Buddha dari 6 negara yang ikut merayakan hari suci ini" kata Presiden. Peringatan yang menhadirkan perwakilan negara sahabat memberikan makna sangat dalam bagi perdamaian kebersamaan dan kesetiakawanan umat Buddha di kawasan Asia Tenggara pada khususnya dan dunia pada umumnya," demikian Presiden. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007