Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan infrastruktur dilakukan tidak untuk bermewah-mewahan melainkan untuk memenuhi kebutuhan nasional. "Saat ini rakyat Indonesia, memiliki ekspektasi yang lebih tinggi atas layanan infrastruktur yang lebih berkualitas. Sehingga sudah selayaknya kita memberikan respon yang tepat atas tuntutan masyarakat tersebut secara adil sesuai dengan prinsip “infrastructure for allâ€," katanya dalam orasi ilmiah usai menerima penghargaan Ganesha Praja Manggala Bakti Adiutama pada Sidang Terbuka ITB dalam rangka Peringatan 97 tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia, di Aula Barat Kampus ITB, Kamis (24/8).
Demi mengejar ketertinggalan tersebut maka kebutuhan terhadap sumber daya manusia (SDM) menjadi mutlak untuk dipenuhi. Kebutuhan atas jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia (SDM), baik pengguna jasa konstruksi (Kementerian/Lembaga) maupun SDM di lingkungan penyedia jasa (kontraktor dan konsultan) belum mencukupi untuk dapat melaksanakan program pembangunan infrastruktur yang semakin meningkat seiring dengan prioritas Pemerintah.
"Karena itu, program sertifikasi tenaga ahli dan tenaga kerja terampil melalui berbagai skema kerjasama, telah kami lakukan secara intensif untuk memenuhi target 3 juta tenaga bersertifikat pada akhir tahun 2019 mendatang," katanya.
Melalui pemenuhan kebutuhan SDM yang handal tersebut maka berbagai bentuk inovasi teknologi bisa diciptakan. Karena tanpa dukungan teknologi, pembangunan infrastruktur tidak bisa berjalan secara cepat. Teknologi sangat dibutuhkan agar pembangunan infrastruktur bisa lebih berkualitas, lebih cepat, dan lebih murah. Karena itu Kementerian PUPR melalui Balitbang terus mengembangkan dan menerapkan teknologi pembangunan infrastruktur seperti teknologi beton pracetak untuk bendungan, pengendali dasar sungai, saluran irigasi dan pintu-pintu air untuk mengoptimalkan pemanfaatan air dan sistem irigasi hemat air.
Kemudian teknologi Sistem Modular Wahana Apung, antara lain Hunian Terapung Rumah Baca dan Balai Pertemuan Warga Terapung Tambak Lorok, dan Jembatan Apung di Cilacap. Lalu di bidang jalan dan jembatan, Kementerian PUPR menggunakan Teknologi Corrugated Mortar Busa Pusjatan (CMP), teknologi CMP di Flyover Dermoleng, Klonengan, Kesambi, dan Kretek dalam menyambut lebaran 2017 yang hanya membutuhkan waktu 4 bulan dan mampu menghemat biaya sampai 70% dan waktu pengerjaan sampai 50% serta teknologi vacuum preeloading yang dapat tegangan efektif tanah dan mempercepat proses konsolidasi tanah lunak yang telah diterapkan pada pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya dan akan diaplikasikan di Jalan Tol Pemalang-Batang.
Senada dengan pendapat Menteri Basuki, Rektor ITB Kadarsah Suryadi dalam sambutan tertulisnya bertema Perkembangan Teknologi Masa Depan dan Pengaruhnya Terhadap Sistem Pendidikan dan Industri di Indonesia, menyebut peran pendidikan tinggi teknik di Indonesia sangat penting untuk menyiapkan sumber daya manusia dan mencetak insinyur yang handal dalam rangka mendukung pengembanngan dan penguasaan teknologi masa depan.
Data dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII) tahun 2016 menunjukan bahwa jumlah insinyur di Indonesia adalah 2.671 per satu juta penduduk. Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia (3.333), Thailand (4.121) dan Vietnam (9.037). Guna mendukung pembangunan infrastruktur dan industri Indonesia diperkirakan memerlukan 50.000 insinyur per satu juta penduduk.
Di sisi lain, China dan India mencetak sekitar 200.000 lulusan insinyur per tahun. Lulusan insinyur ini siap untuk masuk ke pasar industri teknologi global termasuk Indonesia. Karenanya peran pendidikan tinggi teknik di Indonesia sangat penting untuk merancang kurikulum yang mampu beradaptasi terhadap teknologi masa depan.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2017