Surabaya (ANTARA News) - TNI AL akan kembali menggelar dialog dengan perwakilan warga Desa Alastlogo, Pasuruan, Jatim, pada Senin, menyusul sengketa tanah antara kedua pihak yang menelan korban empat warga sipil beberapa waktu lalu. "Beberapa waktu lalu, Pangarmatim Laksda TNI Moekhlas Sidik berdialog dengan perwakilan warga dan rencananya, Senin (4/6), Pangarmatim kembali berdialog," kata Kadispen Koarmatim, Letkol Laut (KH) Drs Toni Syaiful kepada ANTARA di Surabaya, Minggu. Ia mengemukakan, kasus tewasnya empat warga sipil itu dijadikan alasan oleh beberapa warga untuk meminta lahan yang lebih luas dari kesepakatan relokasi, yakni setiap kepala keluarga mendapatkan tanah 500 meter persegi. "Permintaan warga itu menurut saya mengada-ada. Bahkan ada yang meminta dua hektar setiap kepala keluarga. Itu kan tidak masuk akal," katanya. Menurut dia, setelah ada kesepakatan relokasi sebelum terjadinya kasus penembakan, banyak warga baru yang kemudian mendirikan rumah "liar" di lahan Puslatpur dengan harapan mereka juga mendapatkan lahan di tempat relokasi. "Setiap malam itu bisa muncul 20 rumah liar. Tapi bagi TNI AL, mereka yang mendirikan rumah setelah pendataan selesai, tidak akan mendapatkan jatah relokasi. Kami hanya menyediakan relokasi untuk 7.000 kepala keluarga yang sudah terdata," katanya. Ia menjelaskan, selain mendapatkan jatah 500 meter persegi setiap KK, TNI AL juga akan memberikan luas lahan 20 persen dari keseluruhan luas untuk relokasi yang peruntukannya sebagai falitas umum, seperti masjid dan lapangan olahraga. Menurut dia, sebetulnya TNI AL sudah bersikap baik kepada warga karena sejak dimenangkannya perkara lahan itu oleh pengadilan, 12 Maret 2007 lalu, TNI AL tidak serta merta melakukan eksekusi terhadap lahan tersebut. "Kami beritikad baik karena mau merelokasi warga dari lokasi latihan perang itu, bukan langsung mengeksekusi mereka," kata Kadispen.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007