Jakarta (ANTARA News) - Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga, menyatakan pasar bakal menyoroti tingkat indeks keyakinan konsumen nasional dalam rangka mengetahui kondisi perekonomian masyarakat di Republik Indonesia.

"Perhatian investor tampaknya akan tertuju pada rilis indeks keyakinan konsumen Indonesia pada hari Kamis (7/9) yang akan memberi gambaran lebih jauh tentang perekonomian negara ini," kata Lukman Otunuga di Jakarta, Rabu.

Menurut dia peningkatan indeks keyakinan konsumen tersebut dinilai dapat semakin memperkuat IHSG dan nilai mata uang rupiah.

Ia mengingatkan bahwa rupiah cenderung menguat terhadap dolar saat investor semakin memahami deflasi Agustus terjadi karena penurunan harga pangan.

Meski memasuki deflasi, lanjutnya namun perlu diingat bahwa laju inflasi tahunan sebesar 3,82 persen masih berada dalam target tahunan BI yaitu 3-5 persen.

Terkait dengan inflasi, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menilai laju inflasi yang terkendali hingga pertengahan 2017 bisa menjaga daya beli masyarakat dan mendorong kinerja konsumsi rumah tangga.

"Idealnya kalau inflasi terkendali, daya beli juga lebih bagus," kata Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (1/8).

Suhariyanto menjelaskan harga bahan makanan maupun tarif sektor jasa yang relatif terjaga bisa memancing minat masyarakat untuk berbelanja.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa tingkat inflasi pada masa mendatang diperkirakan bakal tetap dapat terjaga meski ada sejumlah faktor yang tetap perlu diwaspadai seperti dampak anomali cuaca terhadap sejumlah komoditas pangan.

Presiden Jokowi menyampaikan dalam penyampaian keterangan pemerintah atas RUU RAPBN 2018 di Jakarta, Rabu (16/8), inflasi diperkirakan tetap dapat terjaga di tingkat 3,5 persen, antara lain karena hal tersebut didukung oleh perbaikan kapasitas produksi nasional, stabilisasi harga, serta harga komoditas global yang masih relatif rendah.

Untuk itu, Presiden menyatakan bahwa penguatan koordinasi kebijakan moneter, fiskal dan sektor riil tentunya akan terus ditempuh dan ditingkatkan untuk lebih mendukung terjaminnya stabilitas harga di dalam negeri.

Bank Indonesia memperkirakan laju inflasi pada 2018 bisa di bawah 3,5 persen dengan catatan pemerintah tidak melakukan penyesuaian harga untuk komoditas yang harganya diatur pemerintah atau "administered prices".

"Angka proyeksi BI sedikit di bawah 3,5 persen untuk 2018," kata Asisten Gubernur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo dalam pelatihan wartawan di Yogyakarta, Senin (28/8).

Dody menjelaskan ekspektasi tingkat inflasi yang rendah tersebut bisa terjadi apabila pemerintah tidak melakukan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif listrik maupun gas.

Karena itu, berbagai kebijakan pemerintah yang bakal diwujudkan pada masa mendatang juga harus dapat benar-benar dipastikan agar tingkat inflasi nasional betul-betul terjaga.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017