Jakarta (ANTARA News) - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI atau BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 8,5 persen setelah mempertimbangkan prospek pencapaian sasaran inflasi sebesar 6 plus minus 1 persen dan 5 plus minus 1 persen pada 2008. "Secara umum ekspansi perekonomian sampai triwulan pertama, kita tercatat 5,97 persen. Hal ini lebih tinggi dari perkiraan awal BI yang disertai stabilitas moneter sehingga memberikan suatu jaminan landasan pertumbuhan yang berlanjut ke depan," kata Direktur Direktorat Perencanaan Strategis dan Humas BI, Budi Mulia di Jakarta, Kamis. Menurutnya, inflasi IHK year on year mengalami penurunan dari 6,29 persen pada April 2007 menjadi 6,01 persen pada Mei 2007. "Inflasi inti bulan Mei 2007 tercatat 5,62 persen year on year yang merupakan laju terendah dalam enam tahun terakhir," katanya. Dia mengatakan, BI mencatat nilai tukar rupiah pada Mei 2007 mengalami penguatan sebesar 2,9 persen dari rata-rata Rp9.093 per dolar AS pada April menjadi Rp8.838 di akhir bulan Mei yang disebabkan oleh masih baiknya kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), dan imbal hasil rupiah yang menarik. Selain itu, tambahnya, cadangan devisa yang cukup tinggi, eksposur risiko nilai tukar dalam perbankan yang tetap terjaga, serta ketahanan fiskal pemerintah dan ekses likuiditas global juga ikut mendorong terapresiasinya rupiah. Dari sisi perbankan, pertumbuhan kredit pada April 2007 tercatat sebesar 16,45 persen year on year dengan rasio LDR mencapai 65,8 persen yang merupakan level tertinggi sejak enam tahun terakhir. "Kredit di bulan April tumbuh Rp12,4 triliun dibanding bulan sebelumnya dengan total aset perbankan tumbuh 16,8 persen secara year on year dengan nilai Rp246,2 triliun," tuturnya. Sementara, rasio NPL di bulan April relatif sama dengan bulan sebelumnya. Menurutnya, pertumbuhan kredit pada April 2007 cenderung terfokus pada pembiayaan sektor swasta ketimbang sektor yang terkait dengan pemerintah seperti proyek infrastruktur Untuk dana pihak ketiga (DPK), Budi menjelaskan terjadi peningkatan Rp176,6 triliun secara yoy menjadi Rp1.299,8 triliun. BI juga mencatat adanya kenaikan pendapatan bunga bersih (NII) dari Rp7,7 triliun menjadi Rp7,8 triliun karena kenaikan jumlah kredit yang lebih tinggi dari DPK dan aset. Dan rasio CAR naik tipis dari 20,7 persen pada Maret 2007 menjadi 21,2 persen pada April 2007 karena kenaikan modal yang lebih tinggi dari ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko). Melihat perkembangan perekonomian saat ini, kata Budi, laju perekonomian 2008 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan 2007 karena kegiatan investasi swasta diperkirakan akan terus terdorong oleh iklim investasi yang semakin membaik. Di samping itu, tambahnya, meningkatnya stimulus fiskal pemerintah adalah dalam bentuk belanja modal dan pembangunan, serta rendahnya biaya financing dan biaya impor barang modal pada 2007.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007