Baghdad (ANTARA News) - Sebuah bom truk bunuh-diri menewaskan 14 personel polisi dan melukai 42 orang lagi di stasiun polisi di sebelah utara Baghdad, Ahad, dan pasukan AS diserang oleh pembom bunuh diri lain di satu pos pemeriksaan di sebelah selatan ibukota Irak tersebut, kata beberapa pejabat. Jurubicara militer AS, Letnan Kolonel Chirstopher Garver, mengatakan beberapa personel pasukan AS harus diungsikan setelah serangan terhadap pos pemeriksaan itu di dekat satu jembatan utama, tapi tak ada perincian mengenai jumlah atau kondisi korban. "Pos pemeriksaan tersebut rusak akibat ledakan, demikian juga dengan jembatan," kata Garver kepada Reuters. "Kekuatan ledakan itu merontokkan sebagian rangka, tapi tak menimpa orang," katanya. Suara ledakan tersebut terdengar sampai ke dekat Al-Iskandariya di dekat lokasi pembom bunuh diri dengan menggunakan truk, yang menewaskan 12 prajurit Irak dan melukai 30 orang lagi dalam satu serangan terhadap pos pemeriksaan lain pada Sabtu. Di sebelah utara Baghdad, polisi mengatakan satu stasiun polisi di desa Albu-Ajeel, provinsi Salahaddin, rusak parah. Banyak personil polisi mulanya terperangkap di bawah puing, termasuk seorang perwira yang meminta bantuan dengan menggunakan telefon genggam. Di antara korban jiwa terdapat lima perwira, termasuk dua kolonel, kata polisi di ibukota provinsi tersebut, Tikrit, yang berdekatan. Lebih dari 30 polisi termasuk di antara sebanyak 50 orang yang cedera. Jaringan Al-Qaeda dan kelompok garis keras lain telah meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan Irak di seluruh negeri itu dalam beberapa pekan belakangan, dalam upaya menggagalkan rencana keamanan dukungan-AS yang berusia empat bulan di Baghdad dan wilayah sekitarnya. Penindasan tersebut telah mengusir sebagian gerilyawan garis keras dari Baghdad ke kota besar dan kecil di sekitarnya, terutama ke provinsi Diyala, yang terletak tepat di sebelah utara Baghdad serta Salahaddin -- tempat mereka telah melancarkan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Irak serta AS. Jenderal AS di Irak, Jenderal David Petraeus, Ahad, mengatakan penindasan itu "hanya akan berlangsung penuh dalam satu pekan atau lebih" dengan kedatangan lima brigade tambahan terakhir AS yang akan membuat jumlah balabantuan Amerika di Irak jadi 28.000 prajurit. "Tanggal 15 Juni adalah tanggal, ketika, tak diragukan, mereka siap beroperasi," kata Mayor-Jenderal Rick Lynch, Panglima Pusat-Divisi Multinasional, kepada wartawan. Ribuan prajurit AS telah digelar di Baghdad, dan meninggalkan pangkalan besar mereka di pinggir kota itu untuk mendirikan pos tempur terdepan di wilayah permukiman dalam apa yang dipandang sebagai upaya terakhir guna menghambat aksi kekerasan dan menghindari perang saudara. Penindasan tersebut juga dirancang untuk memberi waktu kepada pemerintah lemah dan terpecah pimpinan Perdana Menteri Nuri Al-Maliki untuk mencapai serangkaian sasaran politik yang ditetapkan oleh Washington dengan tujuan mendorong perujukan nasional. Sementara itu tokoh aliran Syiah Moqtada As-Sadr, yang enam menterinya mundur dari pemerintah pada April sebagai protes atas penolakan Al-Maliki untuk menetapkan jadwal bagi penarikan tentara AS, bertemu dengan Pemimpin Spiritual Ayatollah Ali As-Sistani, Ahad, kata beberapa sumber. As-Sistani, pemimpin spiritual masyarakat mayoritas Syiah Irak, adalah penaja blok yang berkuasa. Al-Maliki dan pemimpin lain politik dari kubu Syiah adalah anggota blok itu. Tak ada keterangan terperinci mengenai pertemuan tersebut. (*)

Copyright © ANTARA 2007