Solo (ANTARA News) - Manajemen Persis Solo untuk sementara menonaktifkan pelatih kepala Widyantoro dan segera mencari pelatih baru untuk persiapan maju ke babak delapan besar Liga 2 Indonesia 2017.

"Adanya putusan Komisi Displin (Komdis) PSSI, yang menjatuhkan hukuman terhadap Pelatih Persis Solo, Widyantoro, saat pertandingan timnya menjamu Cilegon United, tidak boleh melatih selama 12 bulan, sehingga manajemen menonaktifkan untuk menghormati putusan itu," kata Wakil Chief Executive Officer (CEO) Persis Solo, Dedi M Lawe, di Solo, Senin.

Namun, manajemen Persis tetap menyampaikan sejumlah kebijakan terkait adanya putusan Komdis PSSI, pertama sudah mengajukan banding ke Komisi Banding. Komdis telah menghukum pelatih kepala Widyantoro selama 12 bulan tidak boleh berhubungan dengan sepak bola, asisten pelatih kiper, I Komang Putra, tenaga medis Mursit, selama tiga kali pertandingan di lapangan.

"Kami sudah mengajukan banding ke PSSI, dan sesuai batas kemungkinan," kata Dedi.

Selain itu, manajemen Persis juga sudah mengajukan surat keberatan kepada Komdis dan sedang mengajukan banding, dan Komisi Banding menyatakan status quo, terlebih dahulu hingga ada keputusan ingkrah atau resmi.

Oleh karena itu, manajemen Persis Solo untuk menghadapi situasi tersebut bersama ketiga yang bersangkutan menyatakan banding dengan keputusan Komdis PSSI yang dinilai salah tersebut.

"Kami menilai tindakan menghukum pelatih Persis, selama 12 bulan itu, tidak ada dasar hukumnya. Komdis menjatuhkan hukuman dasar hukumnya untuk kasus suap, intimidasi, dan penggelapan, sehingga mereka yang melakukan itu, melanggar tidak pidana dan harus dihukum," kata menegaskan.

Namun, pelatih melakukan tindakan protes terhadap keputusan wasit tidak ada dasar hukumnya. Komdis dinilai ada kekeliruan dalam menjatuhkan hukuman terhadap pelatih Widyantoro. Bahkan, Persis melawan Cilegon United kejadian babak pertama, dan kemudian kedua berjalan normal tidak ada keributan.

"Kami memang ada protes terhadap wasit pada babak pertama, tetapi babak kedua berjalan normal dan tidak terjadi apa-apa. Kami menilai keputusan Komdis PSSI, terhadap pelatih Persis, dinilai ada kekeliruan," kata Dedi.

Kendati demikian, Manajemen Persis tetap menghormati keputusan tersebut, tetapi Dedi berharap ke depan Komdis lebih berhati-hati dalam menjatuhkan hukuman bentuk apapun jangan sama ada kekeliruan demi persepakbolaan Indonesia. Jadi hukuman jangan disamakan protes dengan intimidasi karena sangat berbeda.

"Kami mengambil langkah kebijakan untuk menonaktifkan Pelatih Persis Widyantoro, untuk sementara, sambil menunggu keputusan dari banding. Persis yang maju ke babak delapan besar Liga 2 Indonesia harus ada pelatih kepala untuk mendampingi selama di lapangan. Kami dengan pertimbangan kemudian meminjam Pelatih PSS Slemen, Feddy Mulli, untuk menggantikan Widyantoro," katanya,

Menurut CEO Persis Solo Bimo Putranto manajemen Persis telah mengupayakan melawan putusan Komdis PSSI untuk mengajukan surat banding atas sanksi terhadap pelatih Persis, Widyantoro. Namun, manajemen berharap selama proses banding berlangsung tetap ada pelatih kepada yang mendampingi timnya yang lolos ke babak delapan besar.

"Kami tetap masih berkeinginan Widyantoro masih melatih Persis, karena sejak awal kompetisi sekarang antusias suporter yang memberikan dukungan kepada Widyantoro sangat luar biasa.

Pewarta: Bambang DM
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017